Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Beberapa negara anggota sedang bergulat dengan kemiskinan yang meluas, di mana 21 dari 46 negara berkembang merupakan anggota OKI,” kata Retno dalam transkrip pidatonya yang disampaikan pada KTT OKI di Banjul, Gambia, Sabtu (4/5).

Karena itu, Indonesia mendesak keterlibatan lebih besar sektor swasta di negara-negara OKI melalui peningkatan kesepakatan perdagangan dan investasi.

Dalam konteks ini, Retno mengumumkan rencana Indonesia menyelenggarakan Forum ke-2 Indonesia-Afrika pada September mendatang di Bali, yang diharapkan bisa mendorong kerja sama ekonomi potensial di antara negara-negara yang terlibat.

Dia juga menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dan akses terhadap pendidikan yang berkualitas bagi pembangunan inklusif di negara-negara OKI.

Retno menegaskan bahwa hal tersebut harus menjadi prioritas OKI, termasuk untuk memajukan hak pendidikan perempuan di Afghanistan.

"Perempuan di Afghanistan dan belahan dunia lainnya berhak mendapatkan persamaan hak, dan isu perempuan harus diarusutamakan dalam kebijakan dan kegiatan OKI,” kata dia.

Untuk menyokong pembangunan di Afghanistan, dia menyebutkan bahwa Indonesia telah menawarkan beasiswa bagi perempuan dan anak perempuan Afghanistan, berbagi praktik terbaik mengenai kurikulum madrasah dengan misi bantuan PBB untuk Afghanistan UNAMA, dan memberikan 10 juta dosis vaksin polio untuk anak-anak Afghanistan.

Retno pun menyerukan agar OKI lebih banyak bertindak untuk memberikan dampak yang lebih luas di Afghanistan.

"Tantangan yang kita hadapi belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dengan memupuk persatuan dan solidaritas di antara kita, kita akan menyelesaikan tantangan yang dihadapi Palestina dan seluruh negara anggota OKI,” tuturnya.

Baca juga: Menlu RI: OKI berutang kemerdekaan pada rakyat Palestina
Baca juga: Gambia selenggarakan KTT Islam ke-15

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024