Hutan bambu berfungsi sebagai penyangga alami yang mengurangi tekanan air dan membantu mengatur aliran air sehingga mengurangi risiko banjir dan kekeringan,
Jakarta (ANTARA) - Upaya menyelamatkan Bumi, tanah, dan air dapat melalui beragam cara. Hamparan bambu dapat menjadi salah satu harapan untuk membantu menyelamatkan planet Bumi.

Di masa lalu bambu begitu akrab bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, tetapi mungkin bagi anak-anak perkotaan sudah mulai jarang melihatnya di alam. Hamparan bambu yang indah dapat dilihat pada film kartun Kung Fu Panda.

Di pucuk-pucuk bambu yang gemulai, Po, sang tokoh utama, sering berlatih dan bertarung. Di film itu bambu begitu lemah lembut, tetapi juga kuat dan kokoh.

Kekuatan bambu yang diangkat dalam Kung Fu Panda memang sangat kokoh di dunia nyata. Di daratan Tiongkok dan Hong Kong, bambu memang dipergunakan sebagai perancah (scaffolding).

Bambu yang sangat kuat juga menjadi fondasi gedung-gedung pencakar langit (jenis bambu mao jue dan kao jue). Di India, bambu pun menjadi konstruksi bangunan berbiaya rendah.

Indonesia sebetulnya dapat melirik bambu seperti Tiongkok, Hong Kong, dan India. Dari 1.439 jenis bambu di dunia, Indonesia memiliki 162 jenis bambu dengan beragam karakternya.

Dulu, sebenarnya roda perekonomian Indonesia begitu akrab dengan bambu, seperti sebagai bahan konstruksi rumah, gazebo, jembatan, dan struktur bangunan lain.

Bambu juga menjadi bahan furnitur kursi, meja, lemari, dekorasi, serta kerajinan tangan seperti anyaman, tas, topi. Namun, lambat laun penggunaan bambu di Indonesia mulai berkurang karena kehadiran besi, beton, dan plastik.

Baru belakangan disadari bambu dapat masuk pada industri tekstil seperti pakaian, handuk, linen, maupun energi terbarukan seperti arang bambu sebagai pembangkit listrik.

Demikian pula untuk industri pangan seperti pucuk bambu dan rebung. Bahkan industri kecantikan dan kesehatan, seperti sikat gigi bambu, handuk wajah, dan produk alami lain.

Di balik manfaatnya sebagai material, tanaman bambu hidup pun dapat digunakan dalam pengendalian erosi dan konservasi lingkungan untuk merawat Bumi, tanah, dan air.

Bambu memiliki sistem akar yang kuat. Bambu juga tergolong tanaman yang kecepatan tumbuhnya paling menakjubkan. Jika tidak percaya, sesekali lihat pertumbuhan tunas bambu.

Hanya dalam hitungan semalam, jenis bambu tertentu dapat mencapai ketinggian 50—90 cm. Bambu dapat mencegah terjadinya bencana, terutama kekeringan dan banjir serta menurunkan suhu mikro.

Bambu memiliki akar yang kuat dengan sistem perakaran yang rapat. Karakter tersebut membuat akar bambu dapat mengikat tanah dengan baik sehingga mengurangi risiko erosi tanah yang sering terjadi saat hujan deras atau angin kencang.

Dengan mengurangi erosi tanah, bambu membantu menjaga kesuburan tanah dan mempertahankan lahan pertanian.

Kekuatan akar bambu yang dapat menahan tanah secara efektif itu terbukti secara alami karena bambu banyak tumbuh di tepian-tepian sungai. Bambu menjaga tepi sungai dari gerusan air yang mengalir dari hulu ke hilir.

Bambu juga mengurangi risiko longsor terutama di daerah yang rawan terhadap erosi tanah akibat curah hujan yang tinggi. Namun, hamparan hutan bambu di tepi sungai mulai langka terlihat karena bambu hilang dipanen tanpa diremajakan.

Bambu juga dapat mengurangi risiko banjir  akibat kelebihan air hujan. Tajuk bambu yang tinggi menjulang membuat gempuran air hujan tertahan di tajuk, lalu mengalir sedikit demi sedikit melalui daun dan batang bambu sehingga daya serap air oleh tanah berlangsung secara bertahap.

Dengan demikian upaya menyelamatkan sungai dapat dimulai dengan kembali melakukan penanaman bambu di sepanjang bahu atau bantaran sungai atau daerah aliran sangat dianjurkan.

Sebaliknya, di daerah yang rentan terhadap kekeringan, penanaman bambu dapat membantu menjaga ketersediaan air dengan menahan air tanah dan mengurangi penguapan.


Serial Kung Fu Panda

Tentu gambaran hamparan bambu pada serial Kung Fu Panda dapat memberi gambaran fungsi ekologis bambu. Hamparan bambu menjadi tempat para master Kung Fu berlatih.

Hutan bambu terasa damai dan menenangkan, sekaligus menjadi tempat pertumbuhan dan pembelajaran bagi Po karena memang hutan bambu memiliki suhu yang lebih sejuk dibandingkan daerah terbuka.

Secara fungsi ekologis, pembentukan hutan bambu atau agroforestry dengan bambu di daerah-daerah tertentu dapat membantu menjaga kestabilan ekosistem dan siklus hidrologis.

Hutan bambu berfungsi sebagai buffer (penyangga) alami yang mengurangi tekanan air dan membantu mengatur aliran air sehingga mengurangi risiko banjir dan kekeringan.

Penyaringan bambu terhadap air dapat menjaga kebersihan sumber air. Pada gilirannya membantu mencegah penyakit terkait air. Oleh sebab itu, sangat baik menanam bambu di sekitar sumber air.

Di Indonesia, lokasi hutan bambu berada di beberapa tempat, antara lain, Hutan Bambu di Surabaya, Hutan Bambu Sumbermujur di Lumajang, Hutan Bambu Klatakan di Magelang.

Demikian pula di Bali juga terdapat Hutan Bambu, tepatnya di Desa Panglipuran, sebuah desa adat yang berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa ini dapat ditempuh sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Denpasar.

Indonesia memiliki modal untuk kembali mengembangkan bambu karena memiliki kearifan lokal yang lekat dengan tanaman ini.

Kearifan lokal merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, dan pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan komunitas ekologis.

Pada masyarakat Bali, tanaman bambu lestari berkat adanya Konsep Tri Hita Karana dalam ajaran agama Hindu Bali yang dianut mayoritas penduduknya.

Konsep Tri Hita Karana adalah konsep berdasarkan filosofi kehidupan tangguh masyarakat Hindu Bali mengenai keseimbangan hubungan vertikal, yakni dengan Tuhan, serta hubungan horizontal, yakni antar manusia dan lingkungannya.

Di Desa Palingpuran seluas kurang lebih 112 hektare, masyarakat menjaga kelestarian hutan bambu selama ratusan tahun. Masyarakat menyadari ragam manfaat dari bambu sehingga bambu pun menjadi salah satu kearifan lokal yang masih dipertahankan hingga kini.

Termasuk manfaat hutan bambu sebagai kesiapsiagaan bencana dan sebagai daerah tangkapan air.

Bahkan, terdapat kesepakatan bersama (awig-awig) dalam bahasa setempat, yang menjadikan hutan bambu seluas 45 hektare di utara desa.

Menariknya, selain sebagai penyeimbang ekosistem di Desa Panglipuran, hutan bambu sebanyak 14 jenis di desa tersebut, menjadi daya tarik menarik wisatawan. Butuh 1 jam untuk menuju hutan bambu dengan berjalan kaki.

Namun, bersepeda juga dapat dilakukan melalui jalur trekking. Harmoni berupa gemericik helai dedaunan dan batang bambu dapat dinikmati wisatawan. Keasrian lokasi pun dapat pula menjadi obyek favorit yang instagramable, dan kecantikan lokasi pun sering dijadikan latar foto pre-wedding.

Tentu bukan hal mustahil, dengan melihat aneka ragam manfaat bambu itu, bangsa Indonesia dapat kembali memperluas penanaman bambu.

Penanaman bambu guna keberlanjutan ekologis habitat dan mencegah bencana seperti banjir, erosi, longsor, dan kekeringan idealnya harus didukung bersama.

Tak kalah penting, bambu juga dapat mendatangkan manfaat ekonomi bagi warga desa selain manfaat ekologis dengan konsep ekowisata hutan bambu.


*) Penulis adalah Peneliti di Kementerian Pertanian (Kementan) dan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).


Editor: Achmad Zaenal M

Copyright © ANTARA 2024