Beijing (ANTARA) - Rumah Sakit Sir Run Run di kota Hangzhou, provinsi Zhejiang, China mengklaim telah menggunakan kamera dan robot untuk 80 persen operasi di layanan Kesehatan tersebut.

"Saat ini, operasi invasif minimal yang menggunakan kamera dan robot mencakup 80 persen dari seluruh operasi di rumah sakit, dan volume operasi penggunaan robot kami telah menjadi yang tertinggi secara nasional dalam beberapa tahun berturut-turut," kata direktur RS Run Run Shaw, Cai Xiujun, di Beijing, Senin.

RS Run Run Shaw yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Zhejiang baru merayakan hari jadinya yang ke-30.

Operasi invasif minimal adalah prosedur pembedahan baik untuk pemeriksaan maupun tindakan terapi penyakit yang dilakukan melalui sayatan luka kecil, sehingga hasil pasien hanya merasakan nyeri minimal, komplikasi lebih sedikit dan lebih cepat dalam proses pemulihan.

Sejumlah contoh operasi invasif minimal misalnya operasi usus buntu, pengangkatan batu empedu, biopsi, pemasangan akses cuci darah dan tindakan lain.

RS tersebut mengaku menjadi rumah sakit pertama yang memperkenalkan teknologi laparoskopi yaitu layanan endoskopi yang menggunakan tabung dan kamera kecil untuk memandu ahli bedah. Tabung tersebut berisi instrumen bedah yang sangat kecil, yang dapat digunakan oleh ahli bedah sambil melihat prosedur di monitor.

"Kami membuka mata kuliah 'pengobatan invasif minimal' pertama di China dan bahkan mendirikan 'Belt and Road Minimally Invasive Medical College' yang mempelajari untuk bedah invasif minimal," ungkap Cai.

Saat ini rumah sakit tersebut memegang 250 paten penemuan dan 1462 paten model utilitas baru dan pada 2021 juga mendirikan pusat penelitian bidang teknologi invasif minimal bernama "Pusat Penelitian Rekayasa Nasional Untuk Inovasi dan Penerapan Istrumen Minimal Invasif".

Sejak 2014, RS Sir Run Run sudah menerapkan sistem "rumah sakit cerdas" dengan menjadi RS pertama yang menerapkan seluruh layanan medis menggunakan ponsel. RS tersebut juga telah membangun "cloud" medis pintar pertama di China sehingga mengumpulkan 7.800 institusi medis dalam negeri dan lebih 400 ribu dokter aktif.

RS juga mengembangkan sistem penyelamatan darurat jarak jauh 5G dan meluncurkan aplikasi medis "blockchain" pertama di provinsi tersebut sehingga dipercaya untuk mendukung konferensi internasional seperti KTT G20 hingga Asian Paragames di Hangzhou.

Model layanan medis lain yang sudah diterapkan adalah "Shaw Medical Model" yang berpedoman pada kondisi pasien misalnya "tidak ada infus dalam layanan rawat jalan", "tidak ada tempat tidur tambahan di bangsal", "satu pasien, satu ruang konsultasi" dan "penjadwalan pemeriksaan tambahan terpusat".

Model tersebut pun diklaim meningkatkan kinerja layanan rumah sakit dengan lama rata-rata rawat inap 4,74 hari, kemampuan untuk melakukan operasi selama 340 hari dengan 15 departemen klinis dan ditetapkan sebagai "Rumah Sakit Percontohan Nasional untuk Manajemen Standar Layanan Medis Dalam Sehari" oleh Komisi Kesehatan Nasional China.

Tingkat keluar masuk perawat di RS juga cenderung rendah yaitu 1,57 persen dan menerapkan bangsal peralihan untuk mengatasi situasi epidemi seperti pada pandemi COVID-19.

Sedangkan kamar pasien di bangsal yang menghadap matahari langsung dan yang berada di sepanjang Sungai Qiantang sehingga diharapkan juga dapat menciptakan "suasana hangat" didukung dengan pengaturan suhu, kelembaban udara dan pencegah kebisingan cerdas untuk membantu pasien beristirahat lebih efektif.

"Rumah sakit umum yang besar adalah tulang punggung sistem layanan kesehatan nasional. Kita harus memperkuat rasa tanggung jawab dan menjalankan misi zaman dalam memajukan modernisasi berkarakter China," ungkap Cai Xiujun dalam sambutannya.

Baca juga: China minta rumah sakit buat mekanisme respons cepat keluhan pasien
Baca juga: China tingkatkan pemantauan infeksi yang tercatat di rumah sakit
Baca juga: Tim medis China sumbang pasokan ke rumah sakit di Zambia

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024