Istanbul (ANTARA News) - Gerilyawan hari Minggu mengancam akan membalas kematian tiga pemrotes Kurdi yang ditembak polisi Turki, dalam sebuah pernyataan yang menambah ketegangan dalam proses perdamaian yang rapuh antara Ankara dan kelompok terlarang PKK.

"Pemerintah seharusnya tahu bahwa serangan-serangan dan pembunuhan ini melenyapkan lingkungan non-konflik dan memberi gerilyawan hak untuk melakukan pembalasan," kata Partai Buruh Kurdistan (PKK) dalam pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Kurdi Firat.

Dua pemrotes tewas Jumat pekan lalu dalam bentrokan dengan polisi di daerah Yuksekova di Turki tenggara yang didominasi Kurdi. Kerusuhan itu disulut oleh tuduhan bahwa pemakaman gerilyawan Kurdi telah dihancurkan, namun pihak berwenang Turki membantahnya.

Satu pemrotes lagi, yang cedera serius selama bentrokan itu, tewas akibat luka-lukanya di rumah sakit pada Rabu.

Kekerasan itu mengarah pada demonstrasi akhir pekan di sejumlah daerah dan kota terbesar Turki, Istanbul.

Sekitar selusin orang, termasuk empat polisi, cedera di kota Diyarbakir yang berpenduduk mayoritas Kurdi, dan sedikitnya 22 pemrotes ditangkap, menurut laporan-laporan media.

Empat prajurit Turki diculik singkat akhir pekan lalu oleh gerilyawan Kurdi di sebuah daerah pedesaan dekat Diyarbakir dan dibebaskan pada Senin setelah intervensi anggota parlemen dari Partai Perdamaian dan Demokrasi (BDP) pro-Kurdi, kata satu sumber keamanan setempat.

Kekerasan itu terjadi setelah masa tenang beberapa bulan antara pihak berwenang Turki dan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata pada Maret setelah negosiasi rahasia dengan badan intelijen.

Pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, mengatakan, insiden Jumat itu merupakan provokasi yang bertujuan mengganggu proses perdamaian dan ia meminta masyarakat tenang, kata anggota-anggota parlemen dari BDP dalam sebuah pernyataan Sabtu pekan lalu.

Anggota-anggota parlemen itu mengunjungi Ocalan di penjara pulau Imrali dimana ditahan.

Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh PKK.

Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.

Ocalan pada Maret mengumumkan gencatan senjata bersejarah dengan pemerintah Turki. Sebagai bagian dari gencatan senjata itu, PKK setuju menarik sekitar 2.000 gerilyawannya dari Turki ke pangkalan-pangkalan di Irak utara.

Sebagai imbalannya, mereka meminta hak-hak konstitusional lebih besar bagi penduduk Kurdi yang berjumlah 15 juta orang di Turki.

Namun, proses perdamaian itu diguncang oleh kematian seorang pemuda Kurdi selama protes anti-pemerintah di daerah tenggara yang berpenduduk Kurdi pada Juni.

Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.

Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.

PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.

Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984, demikian AFP.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013