Tim Dinkes Nagekeo melakukan penyelidikan epidemiologi dan menemukan puluhan warga yang terdiri atas orang tua dan anak-anak terkena penyakit kulit skabies.
Mbay (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur melakukan antisipasi potensi berbagai penyakit seperti gatal-gatal, diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) sebagai dampak dari kekeringan yang memicu terjadinya kekurangan air bersih.

"Selain penyuluhan kesehatan, petugas puskesmas rutin melakukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) di sekolah dan masyarakat," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Nagekeo Maria Theresia Toyo di Mbay, Ibu Kota Kabupaten Mbay, Senin.
 
Ia menjelaskan beberapa waktu lalu Puskesmas Jawakisa melaporkan puluhan warga satu dusun di Desa Tengatiba, Kecamatan Aesesa Selatan mengalami gatal-gatal pada kulit.
 
Ia menjelaskan penyakit kulit tersebut dialami warga karena kurang menjaga kebersihan diri, keluarga dan lingkungan.
 
"Sampel yang kami ambil anak sekolah karena banyak terlapor anak usia sekolah, mereka pakai air tadah hujan, tadah lalu simpan berhari-hari, bisa saja terkontaminasi, mereka simpan dalam jeriken tertutup tapi terlalu lama simpan juga tidak bagus," jelasnya.
 
Usai menemukan kasus itu Dinkes Nagekeo langsung melaporkan ke Puskesmas Jawakisa agar melakukan melakukan edukasi kepada masyarakat.
 
"Lalu yang sakit diarahkan ke puskesmas untuk segera melakukan pengobatan," katanya.
 
Ia juga mengimbau warga agar menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta menggunakan masker jika beraktivitas di luar rumah untuk mencegah ISPA.
 
"ISPA karena cuaca, ada debu, oleh karena itu masyarakat diharapkan gunakan masker, terutama anak-anak karena ketahanan tubuh lebih ke anak-anak, lalu diare bisa saja terjadi karena kurangnya sumber air bersih juga asupan makanan karena bisa dampak kekurangan pangan," katanya.
Baca juga: BMKG imbau wilayah di NTT yang belum masuk musim hujan untuk hemat air
Baca juga: Gubernur NTT minta dinas pertanian mulai distribusi benih ke petani

Sebelumnya, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Nagekeo Agustinus Pone mengatakan pemerintah mulai mengantisipasi dampak kekeringan yang berpotensi terjadi pada musim kemarau 2024.
 
"Saat ini dalam situasi cuaca ekstrem dimana berdampak terhadap kekeringan dan kelangkaan air bersih," katanya.
 
Ia menjelaskan telah melakukan identifikasi desa/kelurahan yang berpotensi mengalami kekeringan seperti di Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa Selatan dan Kecamatan Aesesa.
 
"Berkenaan dengan kelangkaan air bersih kami akan mendistribusikan air di desa yang potensi kekeringan maksimal," katanya.
 
BPBD Kabupaten Nagekeo, lanjut dia, telah menyiapkan sejumlah bahan bakar minyak (BBM) dan air bersih untuk didistribusikan ke desa-desa terdampak musim kemarau.

"Bekerja sama dengan dinas sosial dan ini adalah program yang kami lakukan hampir di setiap tahun," katanya.
 
Lebih lanjut untuk penyediaan air bersih, pihaknya bekerja sama dengan TNI dalam program TNI Manunggal Air Bersih dan akan membangun masing-masing dua sumur bor di tujuh kecamatan di daerah itu.

"Menyambut program ini kami sudah mengidentifikasi lokasi-lokasi yang menjadi sasaran," jelasnya.
 
Ia menambahkan lokasi pengeboran sumur bor disesuaikan berdasarkan koordinasi dengan dinas kesehatan setempat yang merujuk pada desa yang memiliki angka stunting tinggi.
 
"Kami membuat pilihan dalam satu kecamatan ada kurang lebih ada dua titik sumur bor karena berdasarkan identifikasi masalah-masalah yakni yang pertama berdampak kepada stunting serta masalah lain yang berdasarkan hasil kajian bersama BPBD dan mitra terkait ancaman kekeringan," katanya.
Baca juga: BPBD Sabu Raijua NTT upayakan sumur bor atasi kekeringan
Baca juga: Pemkab Manggarai NTT antisipasi potensi bencana dampak El Nino

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2024