Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Oegroseno, meminta agar misteri kerusuhan Poso tujuh tahun yang lalu dapat segera diungkap agar tidak menjadi bahan pertanyaan bagi generasi mendatang.
Oegroseno mengemukakan harapannya itu seusai menyerahkan jabatannya selaku Kapolda Sulawesi Tengah pada penggantinya Kombes Pol Badrootin Haedi, di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia,(Mabes Polri) di Jakarta, Kamis pagi.
Brigjen Pol Oegroseno selanjutnya mendapat tugas baru sebagai Kepala Pusat Komunikasi dan Elektronika di Mabes Polri.
"kalau boleh titip, misteri Poso harus dibuka agar generasi berikutnya tidak bertanya-tanya tentang apa yang terjadi tujuh tahun lalu," kata Oegroseno kepada wartawan.
Dia mengatakan misteri kerusuhan Poso harus dibuka dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat baik dari kelompok muslim maupun nasrani.
"Mereka seharusnya secara sadar mau bercerita apa adanya (apa yang terjadi) saat kerusuhan tujuh tahun yang lalu. Jangan ada yang diputarbalikkan agar misteri ini bisa dibuka," ujarnya.
Namun, upaya untuk membuka misteri kerusuhan Poso itu tergantung masyarakat sendiri.
"Kalau memang tidak menghendaki untuk dibuka, silakan, tetapi misteri ini tetap akan menjadi pertanyaan nantinya. Kenapa ini terjadi dan mengapa itu," katanya.
Ketika ditanya mengenai upaya yang dia lakukan selama menjabat sebagai Kapolda Sulteng untuk mengungkap misteri Poso, Oegroseno mengemukakan pihaknya terus mengusut 10 dari 16 nama yang disebut-sebut terlibat sebagai penggerak kerusuhan Poso.
Namun, karena peristiwanya sudah lama berlalu maka pengusutannya tidak berjalan maksimal.
"Ini kan soal lama, kita harsu berkomunikasi dengan masyarakat di Poso karena mereka yang tahu kejadian sebenarnya, jangan sampai tidak ada komunikasi," ujarnya.
Seandainya dugaan keterlibatan 10 nama itu akan diselesaikan secara hukum maka polisi harus memulainya dari lokasi kejadian.
Kesulitan yang dihadapi menurut Oegroseno adalah harus meminta mereka untuk bercerita, padahal belum tentu orang-orang tersebuy bersedia memberikan keterangan kepada polisi.
Menyinggung tentang dugaan bahwa pergantian dirinya itu dikaitkan dengan penundaan eksekusi terhadap terpidana mati kerusuhan Poso, Oegroseno menepisnya.
"Seperti yang disampaikan Bapak Kapolri tadi, ini adalah pergantian biasa tidak terkait kasus itu," katanya.
Ia menegaskan bahwa eksekusi terhadap tiga orang terpidana mati kerusuhan Poso sepenuhnya berada di tangan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah, sehingga tidak ada relevansinya dengan pergantian Kapolda. (*)
Copyright © ANTARA 2006