Badung, Bali (ANTARA) - Tindakan kolektif dari para pengambil keputusan diperlukan untuk meningkatkan pendanaan bagi proyek-proyek air, kata pejabat Bank Pembangunan Asia (ADB) di Bali pada Rabu.

Pada sesi panel tingkat tinggi World Water Forum ke-10 di Badung, Bali, Direktur Pembangunan Air dan Perkotaan ADB Neeta Pokhrel mengatakan bahwa pendanaan proyek air bisa diperoleh jika ada tata kelola air yang tepat.

"Namun, apakah kita semua yang ada di ruangan ini–pemerintah, berbagai lembaga keuangan internasional, badan PBB, mitra bilateral, dan LSM–memiliki kejelasan kolektif dalam mencapai target tersebut,” kata Pokhrel.

Menurut dia, pertanyaan itu sangat penting untuk diajukan dan tindakan kolektif harus diambil.

Berhenti membicarakan pendanaan air dan mengesampingkan sektor swasta dalam mewujudkan pendanaan air merupakan tindakan yang harus dievaluasi, katanya.

Pokhrel menekankan bahwa pendanaan untuk air sangat mendesak untuk disepakati karena perubahan iklim mulai intens dan dialami oleh banyak negara.

Aksi untuk menyelamatkan bumi tidak banyak lagi, katanya, seraya mencontohkan sekolah di Kamboja yang terpaksa ditutup akibat gelombang panas.

Dia mengatakan bahwa pihaknya berhasil menambah pendanaan sebesar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.600,5 triliun) untuk 10 tahun ke depan.

ADB berkomitmen untuk menyediakan pendanaan hingga 360 miliar dolar AS (sekitar Rp5.761,8 triliun) kepada negara-negara berkembang dan sektor swasta untuk satu dekade berikutnya.

“Proyek yang kami danai setiap tahunnya hampir mencapai 3 miliar dolar AS (Rp48 triliun). Kami ingin meningkatkannya 10 kali lipat,” kata Pokhrel.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa ADB belum menemukan proyek utilitas dan air yang siap untuk diinvestasikan.

“Saya ulangi, kami tidak mempunyai banyak utilitas dan proyek yang dapat diinvestasikan untuk dijalankan. Jadi, bantu kami. Berikan ide-ide bagus kepada kami,” kata dia.

ADB juga mendesak dilakukannya aksi untuk membangun kapasitas melalui pengelolaan utilitas dan air yang direalisasikan berdasarkan data, rencana investasi, dan kesiapan proyek.

“Banyak pekerjaan di hulu. Dialog di hulu perlu dilakukan untuk mewujudkan kesiapan itu. Ada sekumpulan utilitas dan proyek yang dapat diinvestasikan, dan itu membutuhkan pendanaan yang kuat,” katanya.

Baca juga: World Water Forum hasilkan kesepakatan pendanaan proyek infrastruktur air di IKN dan Banten
Baca juga: UNESCO sampaikan komitmen pertahankan subak sebagai warisan budaya


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024