New York (ANTARA News) - Jan Egeland, Ketua Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap Israel tak bermoral, karena telah menggunakan bom tandan secara berlebihan tiga hari sebelum peperangan dengan kelompok Hizbullah di Lebanon berakhir, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban sipil. Tindakan ini adalah suatu yang tidak bermoral, katanya, seperti yang dilansir pusat media PBB, Rabu (30/8) waktu setempat. Hingga kini, ia memperkirakan, masih sekira 100.000 bom mematikan tertanam di wilayah Lebanon Selatan, dan mengancam tewasnya banyak orang setiap harinya. Egeland menambahkan, sekira seperempat juta rakyat Lebanon ketakutan untuk kembali ke kampung halamannya, karena khawatir akan terluka atau tewas apabila menginjak bom yang siap meledak itu. "Yang sangat mengejutkan, dan dapat saya katakan sungguh tidak bermoral adalah 90 % serangan bom tandan tersebut terjadi 72 jam sebelum resolusi DK PBB disetujui. Di mana kita semua tahu perang ini akan segera berakhir," kata Egeland kepada wartawan di New York. Egeland menambahkan, bom tandan --yang termasuk jenis bom cerdas-- tersebut juga telah menghancurkan banyak rumah, pertanian, toko-toko dan tempat usaha. Setiap hari ada orang yang terluka dan terbunuh akibat bom itu. Tim PBB telah membantu memindahkan sebagian besar bom-bom yang belum meledak itu sejak gencatan senjata di antara Israel dan Hizbullah diterapkan. Ia menambahkan, hampir 85 % wilayah yang terkena bom di Lebanon Selatan saat ini tengah ditinjau untuk mengungkap "informasi baru yang bakal mengejutkan". Selain bom tandan, Egeland menambahkan, masih ada sekira 20.000 ranjau belum meledak, yang tersebar di wilayah Lebanon Selatan, dan hal itu juga menambah ketakutan warga Lebanon untuk kembali ke kampungnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006