Jakarta (ANTARA News)  - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan defisit anggaran yang tercatat hingga 31 Desember 2013 mencapai Rp209,5 triliun atau 2,24 persen terhadap PDB, sekitar 93,5 persen dari target APBN-Perubahan Rp224,2 triliun.

"Realisasi ini lebih rendah dari target defisit anggaran yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar Rp224,2 triliun atau 2,38 persen terhadap PDB," katanya dalam jumpa pers evaluasi perkembangan perekonomian global dan domestik serta kinerja realisasi APBN-Perubahan 2013 di Jakarta, Senin.

Askolani menjelaskan realisasi defisit tersebut berasal dari pendapatan negara yang mencapai Rp1.429,5 triliun atau 95,2 persen dari target Rp1.502 triliun dan belanja negara yang tercatat sebesar Rp1.639 triliun atau 94,9 persen dari pagu Rp1.726,2 triliun.

Dari pendapatan negara, realisasi penerimaan perpajakan tercatat mencapai Rp1.072,1 triliun atau 93,4 persen dari target Rp1.148 triliun, lebih rendah Rp76,3 triliun dari target yang telah ditetapkan karena pertumbuhan ekonomi yang melambat sepanjang 2013.

"Selain disebabkan oleh dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2013, pencapaian penerimaan juga disebabkan oleh kebijakan kenaikan PTKP serta melambatnya kegiatan di sektor industri pengolahan, pertambangan dan keuangan," katanya.

Askolani mengatakan masih ada kemungkinan penambahan penerimaan perpajakan karena ada penghitungan yang belum tercatat hingga akhir tahun 2013, dengan potensi penambahan penerimaan pajak sekitar Rp3,5 triliun-Rp4 triliun.

Sedangkan, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp352,9 triliun atau 101 persen dari target Rp349,2 triliun, lebih tinggi Rp3,7 triliun dari rencana yang telah ditetapkan, meskipun depresiasi nilai tukar rupiah berdampak pada PNBP dari sektor migas.

Askolani menambahkan, dari sisi belanja negara, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.125,7 triliun atau 94,1 persen dari pagu Rp1.196,8 triliun, dengan realisasi belanja Kementerian Lembaga mencapai Rp571,6 triliun atau 90,1 persen.

Sementara, belanja subsidi energi tercatat melebihi pagu yaitu mencapai Rp310 triliun atau 103,4 persen dari pagu Rp348,1 triliun, akibat belanja subsidi BBM yang mencapai Rp210 triliun atau 105,1 persen dari pagu Rp199,9 triliun.

"Untuk BBM, masih ada potensi kelebihan hingga Rp240 triliun-Rp250 triliun, karena depresiasi rupiah dan metode acuan harga pembelian BBM (Mid Oil Plats Singapore) yang lebih tinggi dari APBN-Perubahan," ujar Askolani.

Untuk realisasi transfer ke daerah, hingga akhir tahun telah mencapai Rp513,3 triliun atau 97 persen, lebih rendah tiga persen dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar Rp529,4 triliun.

Ia menambahkan untuk realisasi neraca keseimbangan primer mencapai Rp96,8 triliun atau 86,6 persen dari target Rp111,7 triliun. Dengan defisit anggaran tercatat Rp209,5 triliun dan realisasi pembiayaan mencapai Rp230,1 triliun, maka terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa) Rp20,5 triliun.



Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014