Silivi, Turki (ANTARA News) - Kelompok oposisi politik utama Suriah di pengasingan, Koalisi Nasional Suriah, pada Sabtu menyatakan sepakat untuk menghadiri pembicaraan damai yang disponsori internasional dimulai di Swiss pekan depan.

Pembicaraan "Jenewa 2" dengan wakil-wakil pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dimulai di Montreux pada Rabu lalu dan dilihat sebagai upaya internasional paling serius untuk mengakhiri konflik hampir tiga tahun, menurut Reuters dalam laporannya.

Koalisi terpecah, yang bermarkas di Turki, mempunyai sedikit pengaruh di daratan Suriah, di mana banyak pemberontak menentang pembicaraan damai.

Sayap militernya, Dewan Militer Tertinggi, telah dikalahkan oleh gerilyawan dan pejuang terkait-al Qaeda.

Tidak jelas apakah suara Koalisi akan didukung oleh pertemuan terpisah militan pemberontak Suriah, di Ankara, yang akan diperlukan untuk mengimplementasikan kesepakatan yang dibuat dalam pembicaraan damai tersebut.

Sumber-sumber oposisi mengatakan lebih dari 40 anggota telah menarik diri dari sikap oposisi itu karena mereka ingin menunggu sampai perwakilan pejuang tiba di Istambul dari Ankara, untuk mempertimbangkan keputusannya.

Dari mereka yang mengambil bagian, 58 anggota Koalisi Nasional Suriah memilih akan menghadiri dan 14 suara menentang, kata kantor media kelompok itu. Tiga lainnya menyatakan abstain.

Masyarakat internasional telah menekan pemberontak untuk berkomitmen pada pembicaraan dan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menyambut persetujuan koalisi pada hari Sabtu.

"Pilihan berani di tengah provokasi dan tindak kekerasan oleh rezim ini, adalah satu pilihan untuk menjadi solusi damai," katanya.

Prancis, katanya menambahkan, akan melakuan segela upaya untuk memastikan perundingan "Jenewa 2" berakhir dengan pembentukan pemerintahan transisi Suriah dengan kekuasaan eksekutif penuh.

Pejabat-pejabat Suriah telah berjanji untuk menghadiri pembicaraan "Jenewa 2" 22 Januari, meskipun mereka membantah fokus surat undangan untuk pendirian pemerintahan transisi, dan mengatakan prioritasnya adalah "untuk terus memerangi terorisme"--sebuah frase yang mereka gunakan untuk menggambarkan pertempuran Assad dengan pejuang yang kian radikal, demikian Reuters.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014