Kami siap untuk menghadapi rezim kapan saja dan dimana saja
Jenewa (ANTARA News) - Delegasi oposisi Suriah di Jenewa untuk putaran kedua perundingan damai, Senin, memperingatkan bahwa mereka tidak akan kembali untuk putaran ketiga jika tidak ada kemajuan.

"Jika tidak ada kemajuan sama sekali, saya pikir itu akan membuang-buang waktu untuk berpikir tentang putaran ketiga," kata juru bicara oposisi Louay Safi kepada wartawan Senin malam, seperti dilaporkan AFP.

Ia mengatakan delegasi itu membahas isu dengan mediator Liga Arab PBB Lahkdar Brahimi Senin pagi, seiring dimulainya putaran kedua perundingan.

Selama ada secercah harapan bahwa perundingan dapat bergerak maju, "kami tidak akan melarikan diri. Kami tidak akan berhenti," katanya, seraya menambahkan bahwa jika tidak ada kemajuan "mari kita tidak berpura-pura kita melakukan sesuatu."

Dalam hal ini, itu akan menjadi "lebih jujur dengan berkata kami telah gagal," katanya, meskipun ia mengakui satu-satunya alternatif adalah untuk terus berjuang melalui perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 136 ribu jiwa dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.

AFP melaporkan, komentar Safi itu diberikan setelah perundingan hari pertama yang alot, di mana Brahimi bertemu secara terpisah dengan tim pemerintah dan oposisi, dengan harapan bahwa memisahkan mereka pada awalnya mungkin membantu mencapai lebih banyak kemajuan daripada putaran pertama bulan lalu yang hampir sia-sia.

Pihak Suriah dijadwalkan untuk duduk bersama dalam perundingan pada Selasa, kata kedua belah pihak.

"Besok, pukul 10 pagi waktu setempat, akan ada sesi bersama," kata Badr Jamous, sekretaris jenderal Dewan Nasional oposisi dan anggota delegasi.

"Kami siap untuk menghadapi rezim kapan saja dan dimana saja, " katanya.

Sebuah sumber di delegasi rezim Presiden Basher al- Assad menegaskan bahwa akan ada pertemuan bersama pada Selasa.

Meskipun membawa pihak-pihak yang terlibat kembali di meja yang sama dapat dilihat sebagai langkah ke arah yang benar, tidak ada tanda-tanda bahwa putaran saat ini, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Jumat, akan membuat kemajuan untuk mengakhiri pertumpahan darah.

Kedua belah pihak menghabiskan hari dengan saling menyalahkan atas peningkatan aksi kekerasan di lapangan, dan tidak ada pihak yang tampaknya siap untuk mengalah sedikitpun dari posisi mereka.

Dengan perundingan yang tampaknya buntu, Rusia pada Senin mengusulkan bahwa Moskow dan Washington mengadakan pertemuan kolektif dengan PBB dan kedua belah pihak untuk mencoba mendorong kemajuan.

Amerika Serikat, yang mendukung oposisi, dan Rusia, sekutu utama Suriah, memulai pembicaraan Jenewa II dan mendorong selama delapan bulan untuk membawa kedua belah pihak ke meja perundingan.

Safi pada Senin mengatakan bahwa sekalipun oposisi "sangat kecewa" atas dukungan Rusia bagi rezim Bashar, mereka akan mendukung perundingan bersama.

"Jika ini adalah apa yang diperlukan untuk membuat rezim menegosiasikan solusi politik, maka kami menyambut itu, " katanya.

Pihak oposisi menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri hampir tiga tahun perang saudara adalah dengan mewujudkan sebuah pemerintahan transisi - tanpa Bashar.

Namun pemerintah Suriah menegaskan bahwa masa depan presiden tidak menjadi negosiasi.

Sebaliknya, rezim menegaskan pembicaraan harus fokus pada menghentikan kekerasan dan " terorisme " - istilah untuk pemberontakan, yang dikatakan telah dipicu oleh para pelaku jihad asing dan uang Teluk.

(G003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014