Saya berharap ini adalah insiden terkucil yang tidak akan berulang."
Kairo (ANTARA News) - Ledakan bom di sebuah bus wisata di Sinai, Mesir, menewaskan sedikitnya dua orang Korea Selatan dan supir Mesir, Minggu, kata beberapa sumber militer dan keamanan, dalam serangan pertama terhadap wisatawan sejak kudeta militer pada Juli lalu.

Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan, bus itu sedang dalam perjalanan dari Biara St. Catherine, sebuah tempat tujuan wisata populer di Sinai selatan, menuju Israel yang berdekatan ketika diserang, lapor Reuters.

Kementerian itu tidak merinci penyebab ledakan tersebut, yang juga mencederai 24 orang. Dua sumber keamanan mengatakan, ledakan itu berasal dari sebuah bom yang dipasang di dalam atau dekat bus tersebut.

"Ini aksi teroris yang dilakukan dengan bom," kata satu sumber militer. Para pejabat Mesir menggunakan istilah teroris untuk militan garis keras dan Ikhwanul Muslimin kubu Presiden terguling Mohamed Morsi.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa dua warganya tewas dan sembilan orang cedera. Menurut kementerian itu, 32 orang Korea Selatan berada di bus itu dan para wisatawan itu adalah orang-orang Kristen dari gereja yang sama di Korea Selatan.

Menteri Pariwisata Mesir Hisham Zaazou mengatakan, ia "sangat kecewa" atas serangan itu.

"Saya berharap ini adalah insiden terkucil yang tidak akan berulang," katanya kepada Reuters. "Seluruh wilayah lain negara (Mesir) aman dan apa yang terjadi itu juga bisa terjadi di belahan lain dunia."

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.

Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Morsi sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.

Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014