Caracas (ANTARA News) - Pemerintah Venezuela memerintahkan pengiriman pasukan terjun payung pada Kamis, ke wilayah perbatasan yang menjadi lokasi demonstrasi pelajar sejak dua minggu lalu, sementara Presiden Nicolas Maduro menolak mentah-mentah permintaan AS untuk berdialog.

Unjuk rasa yang meluas di seluruh negeri dipimpin oleh pelajar dan oposisi, telah menewaskan empat orang dan puluhan lainnya cidera yang menjadi tantangan terbesar Maduro sejak ia mengambil alih kekuasaan dari almarhum Hugo Chavez tahun lalu.

Hampir setiap hari terjadi unjuk rasa, beberapa di antaranya berlangsung dengan ricuh, di ibu kota Caracas dan kota-kota lain, terkait berbagai masalah yang menurut para kritikus adalah masalah melemahnya perekonomian, meningkatnya kejahatan di jalanan, korupsi dan kurangnya lapangan pekerjaan.

Pemerintahan kiri Maduro --yang menguasai cadangan minyak terbesar dunia-- mengirimkan satu batalyon pasukan terjun payung ke kota San Cristobal, yang menjadi lokasi awal pecahnya demonstrasi pada 4 Februari.

Langkah militer tersebut muncul sebagai tanggapan klaim pemerintah yang menyatakan bahwa warga Kolombia melintasi perbatasan untuk "menjalankan misi paramiliter" ke Venezuela.

Toko-toko ditutup sementara situasi jalanan mencekam di San Cristobal, ibu kota provinsi Tachira di wilayah perbatasan barat, dimana hampir setiap hari terjadi bentrok antara pengunjuk rasa dengan pasukan keamanan.

Sementara itu Maduro mengancam akan memblokir CNN yang disebutnya sebagai siaran "perang propaganda" AS, dan menyerang balik Barack Obama yang mendesak Venezuela untuk melepaskan pengunjuk rasa yang ditahan serta menanggapi keluhan warganya.

Pemerintahan Maduro mengatakan "dengan tegas menolak" pernyataan Obama itu dan menuding presiden AS "melakukan campur tangan baru dan kasar terhadap masalah dalam negeri kita".

Pada Minggu, Maduro memerintahkan pengusiran tiga diplomat AS yang dituduh bertemu dengan pemimpin para pelajar untuk bersekongkol dengan tameng menawari mereka visa. Washington membantah tudingan itu.

Maduro juga mendapat kecaman dari penyanyi pop AS Madonna, yang pada Kamis menuding pemerintahan Maduro sebagai pemerintah fasis terkait penanganan unjuk rasa.

Putih untuk damai

Pemimpin oposisi Henrique Capriles menantang Maduro untuk membuktikan klaimnya bahwa demonstrasi itu merupakan bagian dari persekongkolan untuk menggulingkan pemerintahannya.

"Apakah ini sebuah kudeta atau kudeta diri sendiri?" katanya. "Satu-satunya pihak yang bicara soal kudeta adalah pemerintah. Ini hanya rekayasa oleh aktor-aktor pemerintah," imbuh dia.

Pemimpin oposisi lain Leopoldo Lopez yang membantu memelopori demonstrasi, ditahan di sebuah penjara militer selama 45 hari menunggu sidang.

Lopez (42) yang merupakan pakar ekonomi lulusan Harvard didakwa memicu kekerasan, perusakan hak milik dan tindak kejahatan terkait -- namun bukan dakwaan pembunuhan seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.

Para pemimpin unjuk rasa pada Kamis menyerukan aksi untuk perdamaian dan mendesak "masyarakat Venezuela untuk membalas kekerasan dengan bunga putih."

Para pelajar menggelar aksi dengan membawa bunga di Las Mercedes, kota tetangga Caracas yang menjadi lokasi berbagai kedutaan besar, restoran dan kondominium mewah.

Namun seruan mereka bagai didengar telinga tuli, dengan makin banyaknya kekisruhan di bagian lain di ibu kota.

Pada Rabu malam di Caracas, polisi menembakkan gas air mata dan peluru khusus untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Barikade-barikade yang dibakar serangan polisi, dan ancaman sweeping oleh pendukung pemerintah yang mengendarai sepeda motor, membuat penduduk tetap berjaga-jaga sepanjang malam.

Uskup Agung Caracas meminta pemerintah untuk mengendalikan "kelompok bersenjata" yang disebutnya telah "bertindak bebas, kebal dari hukum."

"Bagaimana mungkin terjadi, delapan atau sembilan orang terluka di Valencia dan seorang gadis tewas dengan cara keji hanya karena kelompok bersenjata menyerang aksi unjuk rasa damai," kata Kardinal Jorge Urosa Savino.

Ia merujuk pada insiden fatal terakhir -- seorang ratu kecantikan umur 21 tahun ditembak di kepalanya pada Selasa dalam aksi di kota wilayah utara Valencia.

Ketika berbagai berita mengaitkan aksi kekerasan pada 12 Februari dengan kelompok bersenjata yang diduga bekerja sama dengan pasukan keamanan, Maduro mengatakan kelompok itu tidak punya tempat di dekat pemerintah.

"Saya tidak menerima kelompok kekerasan di kamp Chavismo," katanya.

(S022)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014