Jakarta (ANTARA News) - Hasil survey terbaru dari AC Nielson terhadap program televisi Indonesia yang menyebutkan bahwa pemirsa televisi mulai bosan terhadap acara kekerasan, mistis dan gosip, merupakan tanggapan yang positif dari masyarakat, kata B.Guntarto, pengamat media dari Yayasan Pengembangan media Anak, YPMA, di Jakarta, Kamis.
Namun meskipun kenyataan itu diumumkan, masih diragukan kemungkinannya untuk dapat mempengaruhi kebijakan pihak televisi untuk mengubah acara, selama peringkat (rating) acara tersebut tetap tinggi, katanya.
"Respons masyarakat itu menunjukkan kenyataan bahwa sebenarnya pemirsa sudah lebih siap untuk diajak bersama-sama mewujudkan penolakan terhadap acara tertentu dengan suatu tindakan nyata," tegasnya kepada ANTARA.
YPMA bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang lain, seperti Yayasan Kita dan Buah Hati, Salimah (organisasi Perempuan Islam), Masyarakat Tanpa Pornografi, Jamiah Al Azhar dan lain-lain berkampanye untuk mengajak masyarakat tidak menonton infotainment, sinetron dan telenovela selama sepekan.
"Itu adalah tindakan nyata sebagai wujud menolak acara televisi yang mengandung kekerasan, mistis dan gosip," kata Guntarto.
Pekan tanpa sinetron, telenovela dan infotaiment itu ditetapkan pada 17 hingga 23 Desember 2006, sebagai kelanjutan dari Hari Tanpa TV yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Anak pada 23 Juli 2006.
Pilihan waktu sengaja pada pekan memperingati Hari Ibu, untuk mengajak para ibu dan perempuan yang di rumah relatif memiliki peran strategis, guna mengajak seluruh keluarga untuk tidak menonton tiga jenis acara TV tersebut, katanya.
Selain itu, waktu yang dipilih adalah dari Sabtu hingga Minggu, seperti jangka waktu yang dilakukan Nielson untuk melakukan survey peringkat acara televisi.
"Jika kita bisa mempengaruhi setengah dari 10 ribu responden AC Nielson, mungkin bisa mempengaruhi 'rating' televisi", kata B Guntarto lagi.
Hari Tanpa TV yang ditetapkan pada 23 Juli 2006 diakui belum banyak memberi dampak kepada pemirsa, tetapi sejumlah LSM yang mengkampanyekan kegiatan itu melihat ada perhatian yang cukup besar dari masyarakat khususnya yang mendiskusikan kegiatan tersebut melalui jalur maya.
"Ada 85 blog yang mengutip seruan kami dan menjadi bahan diskusi pada tiap-tiap blog yang masing-masing diikuti puluhan hingga ratusan orang," katanya.
Guntarto berharap, apabila penolakan masyarakat terhadap acara-acara televisi yang tidak aman bagi anak itu dapat diwujudkan dalam tindakan nyata, maka akan dapat menurunkan peringkat acara dan dengan sendirinya akan mempengaruhi pengiklan serta kebijakan siaran. (*)
Copyright © ANTARA 2006