Tangerang (ANTARA News) - Sebanyak lima orang calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) nekad melarikan diri dari tempat penampungan tenaga kerja lantaran sering dianiaya pengelola penampungan.

Kelima calon TKI tersebut kabur dari tempat penampungan bernama PT. Gasindo Buala Sari berlokasi di Jalan Garuda, Pesantren Al-Makmur No. 10 Kreo Selatan, Tangerang, pada Kamis (1/1).

Nama calon TKI tersebut antara lain Hamidah Nuraeni (18) warga Jalan Barata RT 01/06 Tritih Wetan Kecamatan Jeruk Legi Cilacap Jawa Tengah, Siti Rohmawati (18) warga Desa Rantau Rijag RT 01/01 Kecamatan Padasuka Lampung Selatan.

Kemudian, Supartini (28) warga Desa Sidodadi RT 03/01 Kecamatan Padasuka Kabupaten Tanggamus Lampung Selatan, Tarinan warga Pecuk RT 05/03 Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Ngatining (20) warga Bapangan Bangkalan Krapyak, RT 01/01 Kecamatan Kaliwungu Kudus Jawa Tengah dan Ratna Widayanti (18) warga Tanjung Tujon RT 06/05 Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan.

Salah satu korban, Siti Rohmawati menuturkan, dirinya tidak tahan terhadap deraan siksaan dari pengelola penampungan, mulai dari makian, pukulan bahkan sempat disuruh minum air kotor.

Siti mengatakan, calon pembantu rumah tangga tersebut dijanjikan akan diberangkatkan ke Malaysia dan Singapura dengan bayaran sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per bulannya, namun sudah hampir dua bulan berada di lokasi penampungan tidak juga diberangkatkan.

Siti menjelaskan, dirinya dan rekannya yang lain nekad melarikan diri setelah ada kesempatan dan tidak tahan menahan derita akibat siksaan yang diterimanya.

Kelima calon TKI itu, melarikan diri dengan cara masuk lewat lubang angin kemudian melompati tembok menggunakan kain panjang.

Lalu pembantu rumah tangga tersebut naik melalui tumpukan karung yang berisi beras dan membuka lubang angin dengan menggunakan tali yang ada kawatnya.

Sementara itu, Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Ciledug, Inspekstur Satu Erizal menjelaskan, kepergian para calon TKI tersebut karena tidak betah berada di penampungan, bukan alasan sering dianiaya.

"Setelah melarikan diri, pekerja tersebut tidak punya uang sehingga mendatangi kantor polisi terdekat," kata Erizal.

Namun demikian, Erizal berjanji akan mempertemukan antara pekerja yang melarikan diri dengan pihak pengelola penampungan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009