Namun, pertumbuhan ekonomi yang dimiliki Indonesia tidak linier dengan pertumbuhan lapangan kerja,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi seharusnya mampu menumbuhkan lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran, kata pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Elan Satriawan.

"Namun, pertumbuhan ekonomi yang dimiliki Indonesia tidak linier dengan pertumbuhan lapangan kerja," katanya pada diskusi "Demographic Bonus and The Future of Indonesia", di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, potensi bonus demografi seharusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia jika penduduk yang masuk dalam kategori usia produktif mendapatkan pendidikan yang bagus.

"Hal itu bukan lagi soal persediaan tenaga kerja tetapi sudah menyangkut produktivitas tenaga kerja," kata dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Oleh karena itu, kata dia, kualitas tenaga kerja harus lebih ditingkatkan. Tenaga kerja Indonesia secara umum masih kurang kompetitif dibandingkan dengan Thailand, Tiongkok, dan Singapura.

Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM Muhadjir Darwin mengatakan dua pertiga penduduk Indonesia saat ini berada pada usia produktif.

Meskipun demikian, bonus demografi tersebut tidak lantas bisa dianggap sebagai bonus semata, bonus itu juga harus memperhatikan seberapa produktifnya mereka.

Menurut dia, angka pengangguran Indonesia yang tinggi juga tidak akan menguntungkan. Setelah mengalami bonus demografi, diperkirakan Indonesia akan mengalami "over aging", di mana jumlah penduduk usia tidak produktif jauh lebih besar.

"Hal itu yang dialami Singapura, sehingga saat ini pemerintahnya mengendorkan program pengurangan fertilitas," katanya.(*)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014