Moskow (ANTARA News) - Pemimpin yang memproklamirkan diri Republik Rakyat Donetsk Rabu mengantisipasi setidaknya 60 persen jumlah pemilih akan ikut ambil bagian dalam referendum yang dijadwalkan 11 Mei mengenai status wilayah Donbas.

"Suara-suara itu setuju kedaulatan Republik Rakyat Donetsk, angka-angka ini lebih dari menjanjikan," kata Denis Said Pushilin selama konferensi pers di Moskow, lapor RIA Novosti.

Pada saat yang sama, para aktivis mengatakan dia memastikan bahwa pihak berwenang Kiev tidak akan mengakui hasil-hasil suara mendatang itu.

Ukraina mengalami perubahan rezim pada Februari ketika parlemen negara itu, didukung oleh gerakan sayap kanan, menyuarakan memecat Presiden Viktor Yanukovych dari kekuasaannya, mengubah konstitusi dan pemilihan presiden yang dijadwalkan 25 Mei.

Sejumlah wilayah timur dan selatan, serta Republik Krimea, menolak untuk mengakui keabsahan pemerintah sementara dan menyerukan referendum mengenai status wilayah mereka di dalam negeri .

Unjuk rasa pro-federalisas tidak pernah mereda di kota-kota Ukraina timur, Kharkiv, Donetsk dan Luhansk sejak Maret.

Protes-protes juga telah menyebar ke sejumlah kota di wilayah Donetsk.

Pada awal April, para pengunjuk rasa di kota Donetsk menyita pemerintah gedung-gedung dan menyatakan pembentukan Republik Rakyat Donetsk.

Mereka menjadwalkan referendum untuk menentukan nasib sendiri di daerah itu pada 11 Mei depan.


Penerjemah: Askan Krisna

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014