Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Selasa pagi, menguat menjadi Rp9.190/9.197 per dolar AS dibanding posisi penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.205/9.228 atau naik 15 poin, akibat membaiknya nilai ekspor Indonesia.
"Rupiah terus menguat terhadap dolar AS, setelah laporan Biro Pusat Statistik menyebutkan nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2006 meningkat 0,37 persen menjadi 8,89 miliar dolar AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, menguatnya nilai ekspor itu sebenarnya sangat rentan, karena kenaikannya didukung oleh menguat harga komoditas dunia, namun apabila harga komoditas itu turun, maka nilai ekspor Indonesia akan merosot.
"Kami harapkan harga komoditas dunia tetap tinggi, sehingga memicu nilai ekspor Indonesia terus meningkat," katanya.
Rupiah, lanjut Kostaman, saat ini diburu oleh pelaku pasar yang didukung oleh melemahnya dolar AS terhadap yen di pasar regional.
Dolar AS tertekan pasar, setelah keluarnya indeks manufaktur AS pada September 2006 melemah yang memicu pelaku pasar melepas dolar AS, karena mereka memperkirakan bahwa ekonomi AS makin melambat, katanya.
Kondisi ini, menurut Kostaman, akan memicu rupiah terus menguat dan diperkirakan akan bisa mendekati level 9.150 per dolar AS pada sore nanti, karena sentimen positif cukup besar.
Apabila kenaikan rupiah berlanjut akan menunjukkan kinerja ekonomi makro Indonesia semakin bagus yang diharapkan akan mendorong pelaku bisnis baik asing maupun lokal untuk segera melakukan investasi baru, ucapnya.
Ditanya mengenai inflasi September yang mencapai 0,38 persen, Kostaman mengemukakan hal itu tidak akan menahan Bank Indonesia untuk tetap menurunkan BI Rate yang saat ini mencapai 11,25 persen.
Bahkan kondisi ini diperkirakan akan menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin, karena inflasi year-on-year diperkirakan akan bisa berada di bawah target Bank Indonesia, yaitu sebesar 8 persen, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006