Washington, (ANTARA/Reuters) - Badai yang menerjang Alaska bulan Oktober tahun lalu telah menciptakan gelombang pasang dan memecahkan sebuah gunung es di Antartika enam hari kemudian, para ilmuwan AS melaporkan Senin (2/10). Gelombang pasang yang menghancurkan gunung es tersebut bergerak sejauh 13.500 km, ungkap Douglas MacAyeal dari Universitas Chicago dan Emile Okal dari Universitas Northwestern. Dalam jurnal Geophysical Research Letters, keduanya mengatakan penelitian mereka telah membuktikan bahwa cuaca di suatu wilayah dapat mempengaruhi wilayah lain yang jaraknya sangat jauh. "Satu hal yang masih kita perdebatkan adalah apakah pemanasan global dapat meningkatkan peluang kemunculan badai di lautan," tulis MacAyal. "Pertanyaan berikutnya: Apakah badai yang terjadi di belahan dunia lain dapat mempengaruhi lapisan es di Antartika?" Kedua ilmuwan itu melakukan penelitian terhadap gunung es di Antartika melalui pencitraan satelit. Pada suatu hari di bulan Oktober tahun lalu, sebuah gunung es yang dinamai B15A mengalami keretakan dan pecah enam bagian. Sebelumnya, mereka telah memasang seismometer dan peralatan-peralatan lain di atas gunung es tersebut. Saat terjadi retakan, mereka meminta bantuan ilmuwan lain di Antartika untuk terbang di atas gunung es tersebut untuk mengambil peralatan yang terpasang di sana. Catatan seismometer menunjukkan bahwa meskipun tidak terlalu besar, guncangan yang terjadi cukup membuat gunung es itu bergerak secara vertikal dan horizontal. "Saya terkejut dengan tingkat amplitudo yang berhasil kami rekam," ujar Okal. Kedua ilmuwan itu memperkirakan badai di suatu tempat yang jauh telah menciptakan gelombang yang mengguncang gunung es tersebut. Mereka kemudian melakukan kalkulasi dan mendapatkan kesimpulan bahwa gelombang tersebut berasal dari suatu tempat sejauh 13.500 km. "Kami terkejut," kata MacAyal. "Saat kami menelusuri informasi, kami temukan bahwa di Teluk Alaska yang berjarak 13.500 km dari gunung es itu telah terjadi badai besar yang berlangsung selama satu setengah hari." Berdasarkan catatan, gelombang pasang di Alaska mencapai ketinggian 10 meter dan dua hari kemudian turun menjadi 4,5 meter saat melintasi Hawaii menuju arah selatan. Tiga hari sesudahnya, seismometer di Pulau Pitcairn di selatan Pasifik mencatat adanya gerakan gelombang. "Menurut kami, B15A berada pada posisi yang tepat saat gelombang itu menghajarnya," kata MacAyeal. "Gunung es itu retak seperti gelas anggur yang terpapar suara soprano yang berat." (JIO/001)

Copyright © ANTARA 2006