Aksi menggigit itu tidak direncanakan. Itu terjadi secara spontan dan merupakan respons emosi. Si atlet melakukannya secara tidak disengaja."
Jakarta (ANTARA News) - Pemain Uruguay Luis Suarez membuat catatan tersendiri di Piala Dunia 2014 dengan menggit pundak pemain bertahan Italia, Giorgio Chiellini, dan ia tidak dapat menampiknya karena perbuatannya itu tertangkap kamera televisi.

Hebatnya, perilaku menggigit lawan di lapangan ini bukan untuk pertama kali dilakukannya, karena sebelumnya ia sudah melakukan hal sama pada lengan lawannya saat membela Liverpool pada musim 2012-2013 dan menggigit pemain bertahan Chelsea, Branislav Ivanovic, dalam kedudukan 2-2.

Ketika membela Ajax Amsterdam pada musim 2010/11 sebelum pindah ke Liverpool, Suarez pernah menggigit pemain PSV, Otman Bakkal, sehingga dijatuhi sanksi dilarang bermain dua laga di Belanda, bahkan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) menambahnya menjadi hukuman tujuh pertandingan.

Pada pertandingan Selasa malam di Natal, wasit Marco Rodriguez yang memimpin laga tidak menanggapi peristiwa itu kendati Ivanovic sudah menunjukkan bekas gigitan di pundak kirinya, sehingga Chiellini merasa tidak mendapatkan keadilan sedangkan Suarez tetap bermain tanpa ada sanksi dari wasit.

Bagi Chiellini, wasit menunjukkan ketidakadilan dalam laga itu. Pasalnya, beberapa menit sebelumnya Italia harus kehilangan Claudio Marchisio yang dihadiahi kartu merah oleh wasit asal Meksiko itu.

"Perbedaan dalam penilaian telah terbukti," ujar pemain belakang Juventus ini usai pertandingan kepada Gazzetta, "Mengusir Claudio Marchisio itu konyol, tetapi lebih dari itu kenyataan Luis Suarez tidak diusir."

Setelah insiden itu, konsentrasi barisan pertahanan Italia sedikit buyar. Hasilnya Uruguay berhasil memecah kebuntuan dengan mencetak gol pada menit ke-81, menyababkan Italia tersingkir dari Piala Dunia. "Kami tidak senang dengan bagaimana semua ini terjadi tapi kami satu-satunya yang pantas maju ke babak selanjutnya," tambahnya.

Aksi gigit menggigit pernah beberapa kali terjadi dalam pertandingan olah raga dan ini semua menjadi catatan tersendiri dan cukup menarik untuk dirangkum, di luar jalannya pertandingan yang umumnya pasti mendebarkan sekaligus mencemaskan bagi kedua kubu pendukung.

Nasi sudah jadi bubur, sehingga rasa menyesal Suarez tidak dapat lagi mengobati kekecewaan para penggemar sepak bola di berbagai belahan dunia. Ini menjadi catatan sejarah buruk dalam pertandingan olahraga secara umum.

Usai bertanding, Suarez kelihatannya amat menyesal dan langsung meminta maaf kepada Ivanovic. "Aku sangat sedih atas apa yang terjadi sore ini. Aku meminta maaf kepada Ivanovic dan juga dunia sepak bola atas tindakanku yang keterlaluan ini. Aku sangat menyesal soal kejadian ini," ujar Suarez di akun Twitter-nya.


Gigitan Lain

Pada pertadingan antara Tottenham Hotspur lawan West Ham United pada Oktober 2006, lahir masalah kontroversial setelah Jermain Defoe menggigit lengan Javier Mascherano.

Insiden itu berawal ketika Mascherano melanggar keras Defoe. Defoe mendatangi lawannya dan menggigit lengan Mascherano, Saat itu wasit Steve Bennett melayangkan kartu kuning kepada kedua pemain tapi FA memilih tidak menindak Defoe.

Martin Jol, manajer Spurs saat itu, membela Defoe dengan mengatakan bahwa tindakan pemainnya itu cuma sekadar kekonyolan komikal dan tidak berniat melukai lawan.

Mascherano pun merespons dengan keras. "Itu bukanlah lelucon. Ada bekas gigitan di lenganku dan reaksiku tidak berlebihan seperti yang dikatakan pelatih Spurs. Aku memang berduel dengan Defoe di dalam pertandingan, tapi sepakbola adalah olahraga untuk pria, bukan mereka yang ingin menggigit lawannya," gerutu Mascherano seperti dilansir Daily Mail ketika itu.

Dalam catatan sejarah gigit-menggigit di lapangan, ada juga aksi gigit yang dilakukan pemain tim bola basket Atlanta Hawks, Tree Rollins, terhadap pemain Boston Celtics, Danny Ainge, di ajang playoff NBA pada 1983. Aksi Rollins menggigit jari Danny menyebabkan ia dijuluki Tree Bites Man (Tree Manusia Penggigit).

Dalam laga sepak bola, pemain kerap menampilkan selebrasi yang unik setelah timnya mencetak gol. Namun pemain Sevilla, Fransisco Gallardo, melakukan aksi lebih ekstrim pada 2001 usai rekan setimnya, Jose Antonio Reyes, mencetak gol.

Gallardo mendekati Reyes yang sedang berbaring sambil berpura-pura menggigit alat vital Reyes. Aksi tersebut membuat Gallardo mendapat sanksi dari Asosiasi Sepakbola Spanyol karena dianggap melakukan perbuatan tidak sopan di atas lapangan hijau.

Aksi mengigit lawan juga pernah terjadi dalam olahraga hoki. Pemain Vancouver Canucks, Alex Burrows, menggigit lawannya pemain Boston Bruins, Patrice Bergeron, di final Piala Stanley NHL pada 2011.

Masih ada lagi penggigitan lainnya di cabang rugby. Pemain prof dari Afrika Selatan, Johan le Roux, disuruh pulang pada tur ke Selandia Baru pada 1994, karena dinyatakan bersalah menggigit telinga kapten tim lawan, Sean Fitzpatrick. Ia juga dihukum larangan bertanding 18 bulan.

Pemain rugby Inggris, Dylan Hartley, juga mendapat hukuman delapan minggu karena menggigit pemain Irlandia Stephen Ferris dalam pertandingan turnamen enam negara.


Respons Emosi

Menggigit merupakan reaksi emosi yang selalu dilakukan anak-anak dan amat jarang terjadi pada orang dewasa.

Psikolog olah raga Dr Thomas Fawcett dari Universitas Salford mengatakan, reaksi emosi dengan menggigit jarang terjadi pada orang dewasa dan juga pada semua cabang olah raga -- tetapi pada olahraga kontak fisik hal ini dapat saja terjadi.

Apa yang dilakukan Mike Tyson di Las Vegas pada 28 Juni 1007, merupalan reaksi dari dalam dirinya karena ingin secepatnya menghabisi lawannya yang pernah mengalahkannya tujuh bulan sebelumnya.

Dalam cabang tinju, termasuk rugby, dimana pemain berada dalam jarak dekat dan bersentuhan, kemudian bergerak cepat, ada stimulus psikologis pada para atletnya untuk secepatnya mengakhiri pertandingan -- sehingga dengan tidak sadar menggigit lawannya.

Dr Fawcett mengatakan, seperti dilansir dalam laman (www.bbc.com) kelakuan ini merupakan reaksi primitif dimana emosi mendahului proses berpikir dan proses ini terjadi pada beberapa atlet tertentu.

"Aksi menggigit itu tidak direncanakan. Itu terjadi secara spontan dan merupakan respons emosi. Si atlet melakukannya secara tidak disengaja," kata psikolog yang mempelajari reaksi atlet secara kejiwaan itu.

Kebanyakan gigitan merupakan pertanda rasa frustrasi. "Kebanyak atlet menggigit lawannya sebagai reaksi negatif di saat tensi pertandingan mulai mencapai puncak," katanya.

Dalam kasus Suarez yang menancapkan giginya ke bahu lawannya Selasa malam, "Karena kebanyakan pertandingan menjadikannya frustrasi pada sisi pandang Suarez," katanya.

Prof David Wilson, kriminolog di Birmingham City University, mengatakan penggigitan dapat dikategorikan sebagai tindak kriminal, tentu saja ditinjau dari kasus dan reaksi yang terjadi pada korbannya.

Menggigit adalah reaksi khusus, kata Wilson, karena bisa saja menggigit dianggap sebagai senjata, misalnya bagi wanita yang terancam perlakukan buruk dan tentu saja bukan sebagai senjata pada kondisi tidak umum, misalnya ketika berkelahi di pub.

Seorang bayi, katanya, dengan cepat belajar bahwa menggigit itu merupakan perbuatan salah, sehingga ia tidak akan menggigit puting susu ibunya.

Polisi pun mengatakan, mereka tidak akan melakukan penindakan terhadap Suarez, kecuali bila Ivanovic melaporkan adanya cedera fisik dan meminta agar si penggigit ditindak.

Suarez dan Ivanovic memiliki karakter berbeda dan seharusnya mendapat semacam terapi khusus. "Itu merupakan salah satu sifat manusia. Saya kira dalam lima tahun ke depan, bila Suarez dilanda tekanan dan grogi kendati pada situasi berbeda, ia akan bereaksi melakukan hal yang sama," kata Dr, Fawcett.

Insiden penggigitan di Piala Dunia 2014, setidaknya menjadi bahan pembicaraan tersendiri yang cukup menarik, setelah lelah mengikuti laga setiap hari di layar kaca. (A008/D011)

Oleh A.R. Loebis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014