"Kedua kapal perintis ini menunda pelayarannya dua hari terakhir karena gelombang tinggi di perairan wilayah kabupaten MBD," kata Asisten III bidang ekonomi, Pemerintah Kabupaten MBD, John Kay, di Ambon, Jumat.
John mengakui, kedua kapal tersebut terpaksa harus berlabuh di pelabuhan Tepa, ibu kota kecamatan Pulau Babar sejak dua hari terakhir dikarenakan angin kencang serta tinggi gelombang di perairan sekitar kabupaten MBD 4 - 5 meter sehingga membahayakan untuk pelayaran.
"Karena itu, nakhoda kedua kapal memilih tunda berlayar dan berlabuh di pelabuhan Tepa, sambil menunggu cuaca membaik, agar tidak membahayakan bagi para penumpang," katanya.
Menurut John, sesuai jadwal seharusnya KM. Maloli sudah harus berlayar menuju Tiakur, ibu kota kabupaten MBD di Pulau Moa untuk menurunkan penumpang dan muatan, selanjutnya mengangkut penumpang dan melanjutkan perjalanan menuju kota Ambon.
Sedangkan KM. Sabuk Nusantara-41, juga harus berlayar menuju Pulau Sermatang, selanjutnya melanjutkan pelayarannya menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pelabuhan terakhir.
Dia mengakui keberadaan kedua kapal perintis tersebut sangat strategis guna mendukung pelayaran antarpulau di kabupaten yang berbatasana dengan dua negara tetangga Australia dan Timor Leste.
"Keberadaan kedua kapal perintis ini sangat strategis untuk menghubungkan pulau-pulau di MBD, terutama mobilisasi penumpang dan barang. Namun terkadang diperhadapkan dengan kondisi cuaca yang tergolong ekstrem," katanya.
John mengatakan, dirinya bersama Bupati MBD Barnabas Orno akan berangkat dari Kota Ambon menuju Kupang menggunakan pesawat pada Minggu (10/8), kemudian menunggu KM. Sabuk Nusantara-41 untuk kembali ke Tiakur.
"Kami harus segera kembali ke Tiakur, ibu kota kabupaten MBD sebelum 17 Agustus, sehingga dapat menghadiri upacara peringatan HUT Proklamasi RI ke-69, sehingga terpaksa harus berangkat melalui Kupang, kemudian menggunakan KM. Sabuk Nusantara-41 menuju Tiakur," katanya.
Dia berharap kondisi cuaca di perairan MBD dalam beberapa hari kedepan akan membaik, sehingga kedua kapal perintis tersebut dapat kembali berlayar dan melayani masyarakat di wilayah perbatasan tersebut.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pattimura Ambon pada Rabu (6/8) mengeluarkan peringatan angin kencang dengan kecepatan 30-40 km/jam yang terjadi di wilayah Maluku.
Angin dengan kecepatan mencapai 40 kmM/jam diprakirakan terjadi di Kabupaten Buru serta 30 km/jam di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat (SBB) dan Buru Selatan.
Sedangkan Angin dengan kecepatan 35 km/jam terjadi di Kota Tual, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Seram Bagian Timur (SBT), Maluku Tenggara, Kepulauan Aru.
Kecepatan angin kencang mempengaruhi tinggi gelombang yang bervariasi 3 - 6 meter di laut Buru, laut Banda, laut Seram, perairan pulau Ambon, perairan kepulauan Babar, perairan kepulauan Kai, perairan kepulauan Aru, perairan kepuauan Tanimbar dan laut Arafura.
Begitu pun Kepala Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon Cpt. Ali Ibrahim juga telah mengimbang komunitas pelayaran untuk mengantisipasi perubahan cuaca ekstrim di wilayah perairan Maluku.
"Kami minta masyarakat di daerah ini khusus para operator/nahkoda maupun pemilik kapal untuk memperhatikan dengan cermat perubahan cuaca ekstrim yang bisa mengakibatkan terjadi kecelakaan di laut," katanya.
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014