.... pemerintah harus perlu menyediakan kawasan pemihajan ikan di wilayah laut Indonesia."
Kendari (ANTARA News) - Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Hugua mengatakan bahwa untuk mempertahankan populasi ikan yang belakangan ini cenderung menurun diperlukan zona pemijahan di beberapa wilayah perairan laut di Indonesia.

"Untuk melindungi dan mempertahankan populasi ikan yang menjadi sumber pendapatan para nelayan, pemerintah harus perlu menyediakan kawasan pemihajan ikan di wilayah laut Indonesia," katanya di Kendari, Sabtu.

Menurut dia, zona pemijahan ikan akan menjadi sumber stok perikanan dan dalam jangka panjang akan berfungsi sebagai kawsan pemulihan (recovery) populasi ikan yang berkesinambungan .

Pemerintah, menurut dia, harus menjadikan setiap wilayah pemijahan ikan sebagai kawasan taman nasional yang kelestariannya terus dijaga dan dilindungi dari berbagai ancaman kerusakan, terutaman ancaman ilegal fishing dan pencemaran lingkungan.

"Untuk memproteksi gangguan perairan laut, terutama zona pemijahan ikan, pemerintah harus memastikan kalau aktivitas pertambangan di darat tidak menganggu atau mencemari kawasan laut yang bisa merusak ekosistem di laut," katanya.

Menurut dia, air laut yang tercemar bukan hanya mengancam kelestarian ekosistem di laut, melainkan juga dapat membahayakan atau menghilangkan mata pencaharian penduduk pesisir.

Pada wilayah-wilayah yang lautnya tercemar oleh lumpur tanah yang meluber dari aktifitas pertambangan, kata dia sangat memungkinkan mengganggu usaha budidaya rumput laut, ikan, teripang dan mutiara milik warga sekitar.

"Makanya, pada wilayah-wilayah tertentu pemerintah harus berani membekukan aktivitas pertambangan yang dianggap bisa mengancam keselamatan lingkungan dan ekosistem laut," katanya.

Ia mengakui, sektor pertambangan banyak memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara, namun di saat yang sama bisa mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga sebaiknya tidak dibolehkan lagi untuk terus beroperasi mengeruk sumber daya mineral di dalam bumi. (*)

Pewarta: Agus
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014