Masyarakat telah menyadari mereka tak bisa cuma berharap situasi akan membaik
Monrovia (ANTARA News) - Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf pada Minggu (19/10) menyeru masyarakat internasional agar bergabung dengan negeri itu dalam memerangi penyakit virus Ebola.

"Ini adalah perang dengan seluruh dunia sebagai taruhannya, penyakit ini tak peduli pada perbatasan dan kerugian yang ditimbulkannya di Afrika Barat, baik pada sektor kesehatan masyarakat, ekonomi maupun di dalam masyarakat, sudah bertambah parah di seluruh wilayah tersebut dan seluruh dunia," kata pemimpin Liberia itu dalam surat terbuka yang dikeluarkan di Monrovia, Ibu Kota Nasional Liberia.

Wanita Presiden tersebut memperingatkan Ebola --yang telah menyebar di tiga negara "Liberia, Sierra Leone dan Guinea". Ia menyatakan tugas semua orang lah untuk mengirim pesan bahwa mereka takkan meninggalkan jutaan warga Afrika Barat dalam mempertahankan diri dari musuh yang tak mereka ketahui, sedangkan mereka nyaris tak memiliki daya pertahanan.

"Waktu untuk berbicara atau berteori sudah usai. Hanya tindakan terpadu akan menyelamatkan negara saya, dan tetangga saya, dari mengalami tragedi nasional lain," kata Sirleaf, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin.

Ia menyatakan mulanya reaksi internasional terhadap krisis tersebut tidak konsisten dan kekurangan arah yang jelas serta rasa mendesak. Namun ia menambahkan sekarang dunia telah terbangun.

"Masyarakat telah menyadari mereka tak bisa cuma berharap situasi akan membaik," katanya.

Presiden Sirleaf kembali menegaskan perang melawan penyakit virus Ebola memerlukan komitmen dari setiap negara yang memiliki kemampuan untuk membantu "baik itu berupa dana darurat, pasokan medis maupun keahlian klinis".

Ketika berbicara mengenai kerusakan yang telah ditimbulkan oleh penyakit virus Ebola terhadap Liberia khususnya, Presiden Sirleaf mengatakan dalam waktu cuma enam bulan, penyakit virus tersebut telah membuat negeri itu berhenti bergerak.

"Virus tersebut telah mampu menyebar dengan sangat cepat akibat tak memadainya kekuatan darurat, layanan medis dan militer, yang masih kekurangan sumber daya dan tanpa kesiapan untuk menghadapi tantangan semacam itu," katanya.

Presiden Liberia tersebut menyatakan lebih dari 2.000 orang Liberia telah meninggal termasuk pekerja kesehatan --yang bersabung nyawa untuk menyelamatkan orang lain.

Penerjemah: Chaidar Abdullah 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014