Lumajang (ANTARA News) - Jenazah pendaki Gunung Semeru, Achmad Fauzy, diterbangkan ke rumah duka di Desa Tulaan, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Rabu.

"Jenazah diterbangkan dari Bandara Juanda Surabaya menuju ke Aceh pagi ini," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari saat dihubungi per telepon dari Lumajang.

Pendaki yang juga mahasiswa program pascasarjana (S-2) jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu meninggal dunia pada Senin (3/11) sore karena tertimpa reruntuhan batu.

Korban nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru) yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut, meskipun batas pendakian di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu dibatasi hingga Kalimati.

"Fauzy mengalami luka parah di bagian kepala karena tertimpa batu dan tubuhnya terguling-guling hingga ke bawah, bahkan hidung korban mengeluarkan darah, sehingga meninggal dunia di lokasi kejadian," paparnya.

Menurut dia, angin kencang dan badai kering yang terjadi di kawasan puncak Semeru mengakibatkan batu-batu longsor dari atas, sehingga menimpa pendaki yang berada di bawahnya.

"Jenazah korban berhasil dievakuasi pada Selasa (4/11) dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Kemudian hari ini dibawa ke Bandara Juanda untuk diterbangkan ke Aceh," paparnya.

Ayu mengimbau kepada seluruh wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk tidak nekat mendaki ke Mahameru karena bisa membahayakan keselamatan mereka.

"Kami tidak henti-hentinya memberikan imbauan dan membuat surat pernyataan bermaterai kepada pendaki untuk tidak naik ke puncak Semeru demi keselamatan mereka, bahkan papan larangan ke Mahameru juga sudah ada," katanya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pendakian Semeru hingga Kalimati karena gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang itu masih berstatus waspada, sehingga masyarakat atau pendaki tidak boleh melakukan aktivitas radius 4 kilometer dari Mahameru.
(KR-ZUM)



Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014