Bagdad (ANTARA News) - Pejuang menewaskan tiga marinir Amerika Serikat di Irak barat, kata markas balatentara negara adidaya itu di Falujah, Kamis.
Tentara tersebut tewas hari Rabu dalam gerakan di provinsi Anbar.
Sementara itu, satu pejuang tewas dan dan dua tersangka ditahan dalam serangan Rabu malam di Balad, 80 kilometer utara of Bagdad, kata sumber tentara Amerika Serikat, Kamis.
Dalam perkembangan lain, balatentara Amerika Serikat membunuh empat orang Irak and melukai delapan orang lain pada Kamis pagi di kota Sadr di Bagdad timur, kata sumber polisi Irak.
Polisi Irak menyatakan pasukan Amerika menembaki bus kecil dalam serangan di jalan Fallah di kota Sadr.
Saksi mengatakan bahwa korban dalam perjalanan untuk bekerja saat tank Amerika Serikat melepaskan tembakan ke bus mereka.
Balatentara Amerika Serikat melancarkan serangan bekelanjutan di kota Sadr sesudah satu anggotanya diculik. Mereka mencurigai rekan mereka disekap di kota Sadr.
Di Mosul, pejuang tak dikenal menembak tewas pemimpin politik Kristen pada Rabu malam, kata sumber polisi hari Kamis.
Sumber itu mengatakan kepada kantor berita Jerman Deutsche Presse-Agentur, DPA, bahwa Yashua Mageed Hedaya, ketua gerakan bebas Assyria, dibunuh dalam perjalanan dari partai politiknya di kota dengan penduduk pada umumnya Kristen, Qarqash, timur laut Mosul.
Sementara itu, Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney tiba di Bagdad dalam kunjungan mendadak hari Kamis, kata jaringan televisi negara Irak Iraqiya.
Cheney diperkirakan mengadakan percakapan dengan pemimpin Irak di membahas keamanan di negara terkoyak perang itu, kata laporan Televisi tersebut.
Angkatan bersenjata Amerika Serikat terjebak di Irak, kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Kofi Annan hari Selasa untuk memperingatkan Washington mencari saat tepat untuk keluar tanpa lebih menjerumuskan Irak dalam kekacauan.
"Pertanyaan atas kehadiran tentara adalah masalah sulit. Amerika Serikat terjebak di Irak, terjebak dalam arti tidak dapat tinggal maupun pergi," kata Annan dalam temu pers.
"Waktu yang tepat untuk kepergian haruslah pada saat terbaik," tambah Annan.
Ia memperingatkan, penarikan pasukan Amerika Serikat harus tidak menyebabkan keadaan makin buruk.
Annan menyatakan Washington sebaiknya mencoba dan berusaha agar saat penarikan, Irak sudah dapat memelihara keadaan dan mampu menjamin keamanan secara layak.
Annan di Jenewa mengemukakan, satu langkah kunci, yang harus segera dilakukan, adalah memperbaiki undang-undang dasar Irak untuk menyakinkan bahwa kekuasaan dan pendapatan terbagi adil ke segenap masyarakat, khususnya untuk menghilangkan ketakutan kaum Sunni.
Parlemen Irak dalam pemungutan suara secara terbuka memutuskan membentuk panitia untuk memperbaiki undang-undang dasar pada September.
Irak terbelah oleh pertempuran antara Sunni dan Syiah. Minoritas Kurdi juga bersuara menginginkan kemerdekaan, sementara parlemen berdebat untuk menentukan apakah negara tersebut menjadi federasi atau provinsi otonomi.
Rancangan undang-undang dasar itu, yang diperdebatkan sejak September oleh parlemen Irak, akan membagi Irak sebagian besar berdasarkan atas garis suku dan aliran, mengabulkan otonomi untuk Kurdi dan menciptakan tanah air kaya minyak untuk Syiah. (*)
Copyright © ANTARA 2006