"Tentara melihat seorang perempuan mendekat dengan gerak-gerik mencurigakan dan mengetahui perempuan itu membawa alat peledak," kata jurubicara tentara Israel.
Jabaliya (ANTARA News) - Seorang nenek Palestina hari Kamis meledakkan diri di Jalur Gaza, membuat tiga tentara Israel luka ringan dalam serangan bunuh diri, yang pertama kali diakui oleh Hamas sebagai gerakan mereka setelah hampir dua tahun. Ibu sembilan anak serta nenek dari 41 cucu itu berusia 57 tahun dan menjadi pelaku tertua peledakan bunuh diri. Tentara Israel menyatakan nenek tersebut mendekati tentara, yang melakukan operasi untuk menghentikan serangan roket ke negara Yahudi itu, yang terjadi setiap hari. "Tentara melihat seorang perempuan mendekat dengan gerak-gerik mencurigakan dan mengetahui perempuan itu membawa alat peledak," kata jurubicara tentara Israel mengenai kejadian di kota Jabaliya utara itu. "Mereka kemudian melemparkan granat kejut ke arah perempuan tersebut, namun ia berhasil meledakkan diri," kata jurubicara itu seperti dikutip AFP, dengan menyatakan tiga tentara luka ringan. Dalam hitungan menit, sayap bersenjata Hamas mengaku sebagai pelaku tindakan itu. Peristiwa tersebut adalah serangan bunuh diri pertama diakui Hamas sebagai gerakan mereka setelah tindakan serupa pada Januari 2005, saat ledakan melukai tujuh tentara Israel di Gaza. "Brigade Ezzedine Qassam mengaku tindakan jihad itu dilakukan Fatima Omar Mahmud Najar, berumur 57 tahun, di tengah sekelompok tentara Zionis," kata pernyataan di lokamaya. Tindakan berdarah tersebut terjadi dua pekan setelah unsur keras mengancam meneruskan bom bunuh diri untuk membalas pemboman tentara Israel, yang memorakporandakan kota Beit Hanun di Gaza dan menewaskan 19 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Tujuh warga lain Palestina terbunuh oleh tembakan tentara Israel di bagian utara wilayah tersebut pada Kamis, setelah pejuang di Gaza meluncurkan tujuh roket ke wilayah Yahudi, satu di antaranya menghantam rumah di Kibbutz selatan. Kerabat menyatakan Najar punya tujuh anak laki-laki dan dua perempuan serta 41 cucu dan mereka bangga dengan tindakan jihadnya, yang menurut salah seorang anak perempuannya, Azhar, dilakukan sebagai pembalasan langsung atas pemboman bertubi-tubi ke Beit Hanun. "Ia melakukan tindakan itu untuk membalas pembantaian di Beit Hanun. Ia sangat tersentuh dengan yang terjadi," kata Azhar, yang berbicara dari rumah di Jabaliya, tempat kerabat datang untuk memberi selamat kepada anggota keluarga Najar. Azhar juga menyatakan ibunya ambil bagian dalam tindakan penyelamatan, yang berani dan dilakukan ibu dan istri Palestina, tempat mereka menjadikan tubuh sebagai perisai untuk membebaskan lebih dari selusin pejuang, yang terjebak di masjid di Beit Hanun pada 3 November. Zuheir (20 tahun), anak laki-laki Najar, dari rumah mereka kepada kantor berita Prancis AFP mengatakan, "Kami sangat bahagia. Itu adalah tindakan besar. Ia tadi malam mengatakan kepada kami bahwa ia akan melakukan bunuh diri. Ia menyiapkan pakaian untuk tindakan tersebut dan kami bangga. `Saya tidak mau apa-apa, hanya ingin mati syahid.` Itu yang ia katakan." Najar adalah perempuan Palestina kedua meledakkan diri di Gaza utara bulan ini, menyusul serangan pada 6 November, yang diakui kelompok Jihad sebagai tindakan mereka. Tujuh orang Palestina, di antara mereka sedikit-dikitnya terdapat empat pejuang, tewas pada Kamis, sedangkan tujuh tentara Israel terluka, seiring dengan tekanan lewat darat atau serangan udara dari tentara Israel untuk menghentikan serangan roket bertubi-tubi. Tiga pejuang tersebut tewas oleh serangan udara ke kendaraan mereka di Beit Hanun. Mereka adalah anggota Komite Pertahanan, yang merupakan salah satu dari tiga kelompok mengaku sebagai penculik tentara Israel pada 25 Juni. Satu warga Palestina tewas oleh senjata berat Israel saat membalas serangan bom bunuh diri tersebut, sedangkan tiga warga lain Palestina, termasuk dari gerakan Jihad, tewas oleh tembakan senapan. Serangan roket terjadi hampir setiap hari sejak Israel menarik diri dari Jalur Gaza pada 2005, setelah 38 tahun menduduki kawasan tersebut. Serangan itu sering tidak akurat, namun dalam delapan hari terahir menewaskan dua warga Yahudi. Israel secara terbuka mengaku tidak dapat sepenuhnya menghentikan serangan roket itu dan lebih dari 300 warga Palestina serta tiga tentara Israel tewas di Gaza sejak tentara Israel melakukan serangan balasan secara besar-besaran pada akhir Juni.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006