Nunukan (ANTARA News) - Seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Tawau Negeri Sabah, Malaysia, mengaku terpaksa melarikan diri karena seringkali dipukuli oleh majikannya.

TKI tersebut, Sutiah (43) asal Cirebon, Jawa Barat, kepada Antara di Nunukan menceritakan perihal dirinya melarikan diri dari majikannya saat tiba di Terminal Penumpang Pelabuhan Internasional Tunon Taka Kabupaten Nunukan, Jumat malam.

Sutiah yang mengaku janda beranak tiga orang ini, pertama memilih menjadi TKI ke Negeri Sabah atas bujukan seseorang di kampungnya dengan perjanjian bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Ia berangkat dari Cirebon pada 20 Oktober 2014 namun belum menerima upah hingga melarikan diri dari rumah majikannya karena seringkali dipukul kepalanya menggunakan baskom atau alat dapur lainnya.

"Saya lari dari rumah majikan karena seringkali dperlakukan kasar dengan memukul pakai baskom dan lain-lainnya," ujar dia sedih.

Bahkan selama bekerja dan diperlakukan kasar itu, majikannya sering mengancam akan memulangkannya ke Indonesia apabila tidak bekerja sesuai keinginan majikannya, kata Sutiah seraya mengatakan akan kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Cirebon berkumpul bersama anak-anaknya.

Ia menerangkan, melarikan diri pada malam hari karena tidak tahan lagi dipukuli oleh majikannya dengan alasan seluruh pekerjaan yang dilakukannya tidak ada yang benar.

"Saya serba salah. Setiap habis kerja dianggapnya tidak betul dan diancam macam-macam," beber dia.

Sutiah menambahkan, majikan perempuannya sering mengancam akan memenjarakan dirinya atau dijual ke majikan lain apabila tidak sanggup memenuhi keinginannya. Mmakanya dia memilih melarikan diri dengan alasan takut.

Selama dua bulan lebih bekerja pada majikan tersebut, dia mengaku belum pernah menerima upah karena harus membayar agensi yang memberangkatnya ke Negeri Sabah selama empat bulan.

Pengakuan TKI ini juga bahwa selama tiba di Negeri Sabah paspor miliknya ditahan majikan yang bertempat tinggal di Jalan Bukit Raya Tawau, Malaysia dan trauma bekerja di luar negeri lagi.

Pewarta: M Rusman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015