Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS belum mengkhawatirkan mengingat fluktuasi mata uang merupakan hal yang wajar-wajar saja.

"Rupiah memang kadang-kadang naik dan turun karena faktor ekonomi, faktor sejumlah isu atau faktor luar. Saya belum tahu ada faktor apa," kata Jusuf Kalla kepada pers usai sebagai pembicara dalam "Menyelesaikan Konflik Domestik di Asia Tenggara" di Jakarta Kamis.

Wapres mengatakan, kurs rupiah sebenarnya selama ini dalam posisi yang bagus dan relatif stabil terhadap dolar AS sehingga tak terlalu perlu dikhawatirkan.

Pemerintah, kata Kalla, sampai saat ini juga belum akan melakukan langkah untuk memperkuat kurs rupiah terhadap dolar AS. "Tidak ada rencana menahan pelemahan rupiah. Kita belum tahu penyebab penurunan," kata wapres.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar 148 poin menjadi Rp12.870 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.722 per dolar AS.

"Rupiah anjlok menembus level Rp12.800 per dolar AS. Pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen yang terjadi di luar negeri," ujar analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong.

Menurut dia, sepanjang belum adanya kejelasan terkait utang Yunani, pelaku pasar uang cenderung menempatkan asetnya dalam mata uang dolar AS, kondisi itu yang menekan rupiah tertekan cukup dalam.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa masih adanya harapan positif tentang perekonomian Indonesia akan membuat mata uang rupiah berpeluang untuk kembali menguat menyusul proyeksi tingkat suku bunga acuan (BI rate) yang akan diturunkan.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (12/2) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.794 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (11/2) di posisi Rp12.700 per dolar AS.

(A025)



Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015