Sana`a (ANTARA News) - Tersesat merupakan masalah rutin yang dihadapi jemaah haji mancanegara, meskipun setiap negara memperbaiki pengaturan jemaah untuk mengurangi angka jemaah tersesat. Indonesia misalnya, dengan sistem tanda pengenal dan perekrutan petugas tenaga musim (temus) haji terutama dari kalangan mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu dari negara-negara Arab yang fasih berbahasa Arab dan mengenal lapangan, telah berhasil mengurangi angka jemaah sesat secara siginifikan. Dalam hal ini, India mungkin perlu belajar dari Indonesia karena jemaah haji dari negeri Sungai Gangga itu banyak yang tersesat. Karena berdasarkan laporan dari petugas lapangan Irsyaad Hujjaj Al-Taeheen (pemandu jemaah haji tersesat) di kota Madinah, jemaah haji asal negeri Ghandi itu yang paling banyak tersesat di Madinah. Berdasarkan laporan dari petugas Irsyaad tersebut yang dikutip media setempat Kamis (7/12), para petugas kerepotan mengantar jemaah haji India ke permukiman mereka karena tidak memiliki tanda pengenal yang jelas. "Kebanyakan mereka yang tersesat adalah jemaah haji yang sudah tua dan tidak memiliki tanda pengenal yang jelas sehingga tidak mungkin mengantar mereka ke permukiman mereka," kata laporan tersebut. Karena itu, biasanya mereka ditampung di pusat penampungan jemaah haji tersesat. Setelah itu, petugas lapangan menghubungi delegasi haji negara asal mereka untuk melihat jemaah tersebut di tempat penampungan selanjutnya diantar ke tempat tinggal masing-masing. "Sedikitnya dari 20-50 jemaah haji sesat asal India yang terpaksa ditampung setiap hari sebelum diantar ke tempat permukiman mereka," tambah laporan tersebut sambil menambahkan bahwa tempat permukiman haji India terpencar-pencar. Menyangkut pengaturan haji tersebut, sebagian negara termasuk beberapa negara Arab memang telah menyatakan minat untuk belajar dari Indonesia yang dinilai sukses dalam pengaturan jemaah hajinya selama berada di tanah suci. (*)

Copyright © ANTARA 2006