Jakarta (ANTARA News) - Ada yang mengatakan di zaman globalisasi dan persaingan ketat antar media, kantor berita adalah makhluk yang sekarat. Informasi dan berita bisa diperoleh dengan mudah dan murah dari televisi dan internet, mengapa masih memerlukan pasokan berita dari sebuah kantor berita? Koran-koran yang ingin tampil beda, dengan agendanya masing-masing dan pangsa pasar sendiri-sendiri, merasa malu untuk mengutip berita dari sebuah kantor berita. Lalu apakah dengan demikian kantor berita semacam Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara akan punah? Sebagai Ketua Komisi I DPR-RI antara lain bermitra kerja Antara, saya tidak mendengar gemerentang lonceng kematian Antara. Justeru saya mendengar jeritan keras tekad kebangkitannya kembali. Berbagai upaya sedang dikerjakan bukan saja agar tetap eksis, tetapi juga mengembangkan Antara sebagai kantor berita multimedia yang dapat diandalkan. Sementara kiprahnya di luar negeri ditingkatkan agar kantor berita perjuangan itu semakin berkibar dan diperhitungkan. Bulan lalu, misalnya, saya membaca berita bahwa Pemimpin Umum LKBN Antara Asro Kamal Rokan terpilih sebagai Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) dalam konperensi organisasi kantor berita internasional yang terpandang tersebut di Teheran, Iran. OANA beranggotakan 39 kantor berita dari 33 negara di kawasan Asia Pasifik. Terpilihnya Pemimpin Umum LKBN Antara sebagai Presiden OANA menunjukkan pengakuan negara-negara Asia Pasifik atas kinerja dan kredibilitas Antara serta kemampuan Asro Kamal Rokan. Selama tiga tahun memimpin OANA, Antara bisa menentukan agenda pemberitaan internasional yang selama ini didominasi oleh media negara maju khususnya negara Barat Saat ini pemberitaan internasional masih didominasi oleh berita dari kantor berita dari Negara maju, sehingga terjadi ketimpangan dalam hal pemberitaan. Padahal, berita-berita tersebut tidak seluruhnya berdasarkan fakta. Kadang diselimuti bias dan perspektif kepentingan Barat semata. Bahkan untuk peristiwa yang terjadi di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, beritanya dilaporkan oleh media Barat. Banyak koran di Indonesia seringkali memuat berita dan foto yang bersumber dari AP, AFP atau Reuters. Padahal, media Indonesia sendiri yang seharusnya melaporkan peristiwa yang terjadi di Indonesia, bukan media asing. Ini rumah kita sendiri. Mestinya yang paling tahu mengenai apa yang terjadi di rumah kita adalah kita sendiri. Bukan parasut jurnalis media asing yang diterjunkan ke Indonesia untuk dua-tiga bulan, lalu bisa mengklaim diri sebagai ahli Indonesia. Hal ini sekaligus merupakan tantangan bagi Antara dan media nasional pada umumnya untuk meningkatkan kualitas dan profesionalismenya. Sebab sering juga terjadi berita media asing tentang Indonesia lebih akurat dan cepat dibandingkan dengan yang disajikan media nasional. Oleh karena itu kita harus mampu bersaing dengan media asing atas dasar kualitas dan profesionalisme bukan semata sentimen nasionalisme. Demikian juga halnya bagi Antara dan media nasional lainnya yang harus mampu membuktikan beritanya dibaca dan diminati di negara lain termasuk negara maju. Kepemimpinan Antara di OANA harus bisa membuat berita mengenai Asia Pasifik diliput dan dilaporkan oleh wartawan Asia Pasifik. Sama sebangun dengan berita mengenai Indonesia harus diliput oleh wartawan Indonesia, termasuk wartawan Antara. Dan yang paling penting dibaca dan jadi referensi diluar batas wilayah nasional dan regional. Kantor berita nasional yang pada 13 Desember 2006 ini berusia 69 tahun harus bisa menjadi jendela informasi Indonesia. Siapapun di luar negeri yang ingin tahu mengenai Indonesia harus membacanya dari Antara. Pembawa Bendera Antara harus menjadi pembawa bendera (flag carrier) mengenai informasi Indonesia Bukan hanya karena posisi Antara sebagai "the official news agency" atau kantor berita resmi Indonesia tetapi juga karena kemampuan, kualitas dan profesionalismenya. Oleh karena itu, sejalan dengan kepercayaan dari negara kawasan Asia Pasifik pada Antara serta tantangan yang dihadapi Antara sendiri, tidak ada jalan lain ; Antara harus terus mengupayakan perbaikan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan layanan produk-produknya. Sebagaimana dijanjikan oleh Direksi Antara dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR RI bahwa dibawah kepemimpinan Pak Asro Kamal Rokan, Antara akan dikembangkan menjadi kantor berita multimedia. Kita semua mendukungnya agar kantor berita yang penting peranannya sejak jaman perjuangan kemerdekaan, akan tetap berkiprah dan berjaya di era globalisasi ini. Perkembangan LKBN Antara yang kami ikuti belakanggan ini menunjukkan bahwa setiap hari Antara memproduksi 800 berita dari seluruh Indonesia atau dari luar negeri. Sampai saat ini Antara telah memasok berita teks, foto dan produk audiovisual ke 250 media cetak, 14 stasiun televisi, 100 lebih radio, serta kantor berita di seluruh dunia. Antara juga menyiarkan 60 berita dalam bahasa Inggris dan 40 dalam bahasa Arab ke mancanegara dan sedang disiapkan pemasokan berita dalam bahasa Mandarin dan Perancis. Juga dilaporkan bahwa mulai bulan Desember 2006 ini, Antara akan meluncurkan layanan TV Plasma dan berita via SMS bagi pelanggan telepon seluler sebagai produk informasi terbaru. Produk informasi Antara akan disaksikan publik melalui televisi plasma yang ditempatkan di sejumlah lokasi strategis, di antaranya di Istana Presiden dan Wakil Presiden, gedung parlemen, pusat perbelanjaan, dan berbagai bandara di Indonesia. Begitu juga berita-berita Antara bisa diakses oleh 2,5 juta lebih pelanggan seluler melalui layanan SMS Centernya. Melayani Radio Sedangkan niat Antara untuk memasok berita untuk radio juga patut disambut baik. Saat ini terdapat lebih dari 800 stasiun radio di seluruh Indonesia yang menjadi pasar menarik untuk dilayani Antara. Niat Antara memasok berita radio tentu bermotivasi demi kepentingan nasional, karena selama ini radio-radio tersebut menerima berita secara gratis dari radio asing. Apa jadinya jika kuping-kuping rakyat Indonesia, termasuk yang di peloksok-pelosok, hanya mendengarkan siaran radio asing? Pasokan dan materi berita radio Antara akan mengimbangi suara-suara asing apalagi suara yang tidak benar, karena komitmen kantor berita ini adalah untuk kepentingan nasional. Namun, untuk bisa melaksanakan tugas, peran dan fungsinya secara efektif, Antara memerlukan dukungan semua pihak, utamanya pemerintah dan DPR, khususnya menyangkut status badan hukum Antara yang masih mengambang. Kami di Komisi I DPR RI terus memperjuangkan dan mendesak pemerintah agar status badan hukum Antara dapat terselesaikan secepatnya. Sebagai Lembaga Kantor Berita Nasional, Antara juga memperoleh pembiayaan dari negara melalui APBN. Sejauh ini harus diakui dukungan anggaran yang diterima Antara masih jauh dari memadai dibandingkan dengan ruang lingkup tugasnya, dan oleh karena itu perlu ditingkatkan anggarannya. Sejalan dengan itu Antara harus mempertanggungjawabkan secara terbuka penggunaan anggaran sesuai dengan mekanisme yang ada. Bukan itu saja, seluruh program dan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas sesuai dengan blueprint Antara harus senantiasa dilaporkan kepada publik sejalan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang melekat pada Antara sebagai lembaga publik. Dirgahayu Antara! (*)

Oleh Oleh Theo L Sambuaga (K
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006