Jakarta (ANTARA News) - BP Indonesia menargetkan, masalah sisa pendanaan sebesar 900 juta dolar AS bagi pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Tangguh di Teluk Bentuni, Papua, dapat diselesaikan paling lambat akhir 2007. BP Indonesia saat ini masih melakukan negosiasi dengan konsorsium lembaga keuangan China mengenai sisa pendanaan 900 juta dolar dari total 5 miliar dolar AS kebutuhan investasi pembangunan dua unit kilang LNG Tangguh, kata Executive Vice President (EVP) Tangguh Develompent, Budiman Parhusip, kepada pers, di Jakarta, Selasa. Pada Agustus lalu, menurut Budiman, BP Indonesia telah menandatangani perjanjian pinjaman dana sebesar 2,6 miliar dolar AS dengan sembilan bank internasional untuk mendanai pembangunan kilang LNG dengan kapasitas produksi 7,6 juta ton per tahun tersebut. "Kami baru saja menyelesaikan suatu proses perjanjian pinjaman yang cukup kompleks bagi pembangunan kilang LNG Tangguh, sehingga untuk sisa pendanaan kilang LNG kemungkinan baru bisa selesai pada tahun depan," katanya. Walaupun soal pendanaan kilang LNG Tangguh belum sepenuhnya selesai, Budiman menjamin, masalah tersebut tidak akan berdampak pada pelaksanaan proyek maupun perjanjian jual-beli (sales and purchase agreement/SPA) LNG yang sudah ditandatangani. "Proyek tetap berjalan sesuai jadwal semula dimana mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2008," katanya. Begitu juga dengan kontrak jual-belinya. Bahkan baru-baru ini telah dilakukan pengembangan dalam SPA dengan Fujian China dan Tohoku Jepang yang lebih memberikan keuntungan bagi pemerintah Indonesia dan kontraktor lainnya. Dengan begitu, produksi kilang LNG Tangguh itu akan diekspor ke empat negara yaitu Meksiko, China, Korea Selatan dan Jepang, katanya. Untuk mengekspor LNG tersebut, BP Indonesia telah memesan tujuh unit tanker LNG yang dijadwalkan sudah diterima pada triwulan keempat tahun 2008, bersamaan dengan jadwal produksi komersialnya, tutur Budiman. Mengenai rencana penambahan kilang LNG Tangguh unit 3 dan 4, Budiman mengatakan, sejauh ini rencana tersebut masih dalam tahap studi dan evaluasi. "Fokus kami menyelesaikan kilang unit 1 dan 2 dulu agar bisa konsentrasi memenuhi komitmen kepada para pembeli," katanya. Ia mengakui bahwa pihaknya telah menerima surat proposal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun PT PGN mengenai keinginan kedua BUMN itu membeli LNG Tangguh. Namun BP Indonesia belum bisa memenuhi permintaan dari PLN dan PGN tersebut, katanya. 59 persen Sementara itu, Presiden Direktur BP Indonesia, Anne Drinkwater mengatakan, pelaksanaan proyek LNG Tangguh telah berjalan sekitar 59 persen per akhir November 2006. "Sejauh ini semuanya berjalan sesuai dengan target baik anggaran maupun pengerjaan proyeknya sehingga diharapkan pada akhir 2008, proyek ini sudah bisa berproduksi secara komersial," katanya. Ia optimis, dengan kandungan gas terbukti mencapai 14,4 triliun kaki kubik (TCF), proyek LNG Tangguh akan mampu memenuhi kontrak LNG jangka panjang kepada para pembelinya. Ditanya apakah BP Indonesia mengalokasikan produksi LNG Tangguh bagi pasar domestik, Anne Drinkwater mengatakan, sejauh ini seluruh produksi 7,6 juta ton LNG per tahun itu akan diekspor. Namun ia menegaskan bahwa pihaknya tetap komitmen untuk memenuhi kebutuhan gas domestik melalui proyek lapangan gas BP West Java. "Dari BP West Java kami memasok kebutuhan gas sejumlah industri di Jawa seperti PT PLN, PGN dan Pupuk Kujang," katanya. BP Indonesia menguasai 37,16 persen pengembangan proyek lapangan gas Tangguh. Sementara pemegang saham lainnya CNOOC Ltd (16,96 persen) MI Berau BV (16,3 persen), Nippon Oil exploration (Berau) Ltd (12,23 persen, KG Berau/KG Wiriagar (10 persen) dan LNG Japan Corp (7,35 persen). (*)

Copyright © ANTARA 2006