Jakarta (ANTARA News) - Katarak menutupi mata puluhan juta orang di seluruh dunia dan hampir 17,2 persen warga Amerika Serikat di atas usia 40 tahun.

Saat ini, satu-satunya caa pengobatan adalah dengan operasi laser atau mengiris gumpalan molekul yang terbentuk di mata seiring dengan tumbuhnya katarak, dan para ahli bedah kadang-kadang mengganti lensa.

Namun kini, sekelompok ilmuwan dan ahli mata telah melakukan percobaan sebuah latutan pada anjing yang mungkin bisa menghilangkan katarak dari lensa mata. Larutan itu sendiri adalah larutan: tetes mata yang berbasis steroid.

Meski para ilmuwan belum sepenuhnya paham bagaimana katarak terbentuk, mereka benar-benar tahu jika "kabut" yang sering terlihat oleh pasien adalah gumpalan protein rusak, menempel dan menggumpal membentuk gumpalan yang tak berfungsi.

Saat sehat, protein itu disebut crystallins yang membantu lensa mata menjaga strukturnya dan transparansinya. Namun saat manusia dan hewan menua maka protein mulai tak menempel dan kehilangan kemampuannya untuk berfungsi.

Kemudian mereka menggumpal bersama dan membentuk sebuah rintangan pandangan pada lensa berupa lapisan tipis, menyebabkan tanda pandangan "kaca beruap" yang menyertai katarak.

Sulit memunculkan sebuah solusi selain operasi. Para ilmuwan telah berburu selama bertahun-tahun memutasi protein crystallin yang mungkin menawarkan pemahaman baru dan membuat jejak baru ke sebuah terapi alternatif.

Sekarang sepertinya sebuah tim yang dipimpin ahli Biologi molekular Universitas California, San Diego, Ling Zhao mungkin telag melakukan itu.

Timnya hadir dengan sebuah obat tetes mata setelah menemukan anak-anak dengan gen keturunan membentuk katarak berbagi mutasi yang sama yang menghentikan produksi lanosterol, sebuah steroid penting dalam tubuh. Saat orang tua merek tidak memiliki mutasi yang sama, orang dewasa memproduksi lanosterol tapi tidak katarak.

Akhirnya para peneliti bertanya-tanya; bagaimana jika lanosterol membantu mengatasi katarak? Tim kemudian mencoba larutan sarat lanosterol dalam tiga percobaan yang berbed, demikian dikutip dari laman
news.sciencemag.org.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015