Sentani (ANTARA News) - Tim gabungan menyiapkan tiga opsi evakuasi korban kecelakaan pesawat Trigana Air dari lokasi jatuhnya pesawat di Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, guna mengantisipasi cuaca yang sedang kurang bersahabat di wilayah Papua.

"Ada tiga opsi atau pilihan yang akan kami gunakan untuk mengangkut korban (kecelakaan) pesawat Trigana dari lokasi terdekat ke Oksibil," kata Komandan Resort Militer 172/PWY Kolonel Sugiono ketika dihubungi dari Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu.

Opsi pertama, ia menjelaskan, jenazah ke-54 korban akan dievakuasi langsung lewat jalur udara ke lokasi terdekat.

"Kedua, para korban dibawa lewat jalan darat ke lokasi terdekat, lalu gunakan helikopter. Atau opsi terakhir, semuanya lewat darat, dibawa ke lokasi terdekat lalu gunakan kendaraan ke Oksibil," katanya.

Suami Dewi Sinta Setyawati itu mengatakan sekarang cuaca masih kurang bersahabat sehingga belum memungkinkan untuk evakuasi langsung.

"Hingga kini cuaca belum memungkinkan untuk evakuasi secara langsung, makanya kami buat tiga opsi untuk pengangkutan ke Oksibil," katanya.

"Sekarang juga sudah ada masyarakat yang jalan darat angkut korban, diperkirakan sore baru tiba di Oksibil," kata mantan Komandan Resimen Induk Daerah Militer Aceh itu.

Sementara mengenai kotak hitam pesawat yang sudah ditemukan kemarin, alumni Akabri tahun 1989 itu menjelaskan, masih ada di Papua.

"Nanti saya serahkan dulu ke Ka Basarnas, lalu dari Ka Basarnas diserahkan kepada tim KNKT," tambah dia.

Pesawat Trigana Air PK-YRN nomor penerbangan IL-267 rute Jayapura-Oksibil yang lepas landas dari Bandara Sentani pada Minggu (16/8) pukul 14.22 WIT hilang kontak di sekitar wilayah Oksibil, Papua.

Pesawat yang diperkirakan tiba di Oksibil pukul 15.04 WIT itu terakhir melakukan kontak dengan menara Oksibil pada pukul 14.55 WIT.

Kepala Badan SAR Nasional Marsekal FH Bambang Soelistyo, Selasa (18/8) mengatakan pesawat itu ditemukan dalam keadaan hancur dan terbakar di Kampung Oksob, Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015