Makanan harus dijamin tidak basi dan layak dikonsumsi, serta sesuai jenis makanan dengan rasanya...
Makkah (ANTARA News) - Kementerian Agama mengawasi ketat layanan katering yang untuk pertama kalinya disediakan untuk jemaah haji Indonesia di Makkah, Arab Saudi.

Pemerintah ingin memastikan kualitas layanan katering, termasuk mutu makanan dan pendistribusian makanan tepat waktu.

"Kami ingin makanan sudah diantar sebelum jamaah berangkat shalat dzuhur," kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis di Makkah, Senin.

Tahun ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) melakukan terobosan dengan memberikan "bonus" makan siang 15 kali kepada jemaah selama berada di Makkah tanpa mengurangi jatah biaya hidup jemaah sebesar 1.500 riyal per orang.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri didampingi Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat melakukan pertemuan dengan para pengusaha katering dan pemilik pemondokan untuk berkoordinasi mengenai layanan makan siang bagi jemaah.

"Penyedia katering perlu berkoordinasi dengan pemilik pemondokan untuk menempatkan heater (pemanas) makanan di hotel," kata Sri.

Dalam kontrak dengan perusahaan-perusahaan katering, Kementerian Agama antara lain menetapkan bahwa makanan untuk jemaah harus tetap hangat dan sudah bisa diterima jemaah antara pukul 09.00-11.00 waktu Arab Saudi agar bisa dikonsumsi sebelum mereka shalat dzuhur.

"Makanan harus dijamin tidak basi dan layak dikonsumsi, serta sesuai jenis makanan dengan rasanya," kata Sri, yang sempat mencoba makanan yang disediakan perusahaan katering di pertemuan tersebut.

Dalam pertemuan itu, hampir semua penyedia katering hadir dan menyediakan contoh makanan yang akan mereka berikan untuk makan siang jemaah selama di Makkah maupun selama prosesi haji di Arafah.

Ketika menguji contoh makanan tersebut, Sri mengatakan masih ada penyedia katering yang rasa makanannya "tidak jelas."

"Katanya rendang, tapi rasanya tidak jelas apakah rendang atau semur," ujarnya.

Pada pertemuan dengan penyedia layanan katering, PPIH memberikan masukan kepada perusahaan katering tentang kualitas dan rasa masakan agar sesuai dengan selera jemaah Indonesia.

Ketentuan rasa masakan sesuai lidah orang Indonesia itulah yang mendorong semua perusahaan katering mempekerjakan juru masak dari Indonesia, seperti Muassasah Al Hussam yang punya juru masak lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Arsyad mengatakan PPIH Daerah Kerja Makkah mengerahkan tujuh sampai sembilan orang yang terdiri atas ahli gizi dan juru masak untuk mengawasi layanan katering untuk jemaah.

"Ini untuk pertama kalinya di Makkah, jemaah diberi makan siang," kata Arsyad yang mengaku deg-degan mendapat tugas baru itu.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015