Bandarlampung (ANTARA News) - Tanah longsor yang paling sering melanda Indonesia dengan korban dan kerugian cukup besar, mendorong Muhammad Ridho tergerak menciptakan alat pendeteksi tanah longsor untuk mengantisipasi bencana alam tersebut.

Menurut mahasiswa Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya, di Bandarlampung, Rabu, peralatan pendeteksi tanah longsor itu dibuat dengan mengaplikasikan sensor cahaya berbasis mikrokontroller atmega16 pada alat yang dirancangnya.

Sensor yang digunakan yakni Light Dependent Resistor (LDR), dan potensiometer sebagai pendeteksi pergeseran tanah, sedangkan mikrokontroller yang digunakan berbasis Arduino Uno R3.

Penelitian ini dilakukan Ridho sebagai tugas akhirnya di D-3 Jurusan Teknik Komputer IBI Darmajaya.

"Alat pendeteksi tanah longsor ini dapat dipasang pada titik lokasi rawan longsor. Setiap pergeseran tanah akan segera terdeteksi, sehingga masyarakat dapat mengetahui lebih awal kemungkinan bahaya tanah longsor, dan kerugian terutama korban jiwa bisa diminimalkan," ujarnya pula.

Ridho yang lahir 10 Juni 1994 ini menjelaskan, alat tersebut dilengkapi dengan sirine dan lampu tanda bahaya.

Dia menuturkan, adanya pergeseran tanah yang dapat menyembabkan tanah longsor akan ditunjukkan dengan perubahan warna lampu tanda bahaya dari hijau menjadi kuning atau merah, dan sirine akan berbunyi secara otomatis.

Berbeda dengan alat serupa yang telah ada sebelumnya, pendeteksi tanah longsong karya Ridho ini dilengkapi modem wavecom untuk mengirim short message service (SMS) gateway berupa peringatan kepada masyarakat apabila terjadi pergeseran tanah yang dapat memicu terjadi tanah longsor.

"SMS akan terkirim secara otomatis ke nomor-nomor yang masuk dalam database, seperti nomor milik kepala desa, RT, RW, dan tokoh masyarakat sekitar lokasi tersebut, sehingga masyarakat segera menjauhi daerah longsor dan menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah," katanya lagi.

Rektor IBI Darmajaya, Dr Andi Desfiandi SE MA mengatakan, penelitian merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, sehingga IBI Darmajaya senantiasa mendorong para dosen dan mahasiswa untuk aktif dan kreatif melakukan penelitian.

"Keaktifan dosen dan mahasiswa dalam melakukan penelitian akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu pengajaran. Melalui penelitian, mudah-mudahan para dosen maupun mahasiswa tergerak untuk memberikan sumbangsih dalam hal pemikiran, ide maupun karya yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain," ujarnya pula.

Selama ini, kata Andi lagi, program penelitian di kalangan dosen dan mahasiswa di IBI Darmajaya sudah berjalan dengan baik.

Hal itu, menurutnya, akan terus dioptimalkan seiring dengan kenaikan status Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP4M) IBI Darmajaya dari binaan menjadi madya.

Peningkatan status tersebut membuat IBI Darmajaya berhak mengelola dana penelitian secara mandiri dari Ditjen Dikti berkisar Rp2 miliar hingga Rp5 miliar per tahun.

"Perguruan tinggi berharap peran serta industri dan pemerintah untuk bersama-sama meningkatan kuantitas dan kualitas penelitian. Dukungan tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai penelitian dosen dan mahasiswa untuk diaplikasikan oleh berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat diperoleh masyarakat," katanya pula.

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015