Hegyeshalom/Munich (ANTARA News) - Austria dan Jerman pada Sabtu (5/9) membuka perbatasannya untuk ribuan migran lelah dari timur.

Dibiarkan menapaki jengkal demi jengkal terakhir menuju Austria, migran yang basah kuyup oleh hujan, banyak di antaranya pengungsi dari perang sipil Suriah, pertama-tama diangkut menggunakan kereta dan bus menuju Wina dan kemudian menggunakan kereta menuju Munich dan kota-kota lain di Jerman.

Pada awal petang sekitar 6.000 orang telah tiba di Munich dan hampir 2.000 lebih diharapkan bisa menumpang dua kereta setelah tengah malam, kata Christoph Hillenbrand, kepala pemerintahan regional Upper Bavaria.

Tepukan dan suka cita mengiringi keberangkatan mereka, sementara para pendatang baru mengantre di tenda-tenda registrasi untuk diperiksa serta diberi makanan dan pakaian.

Kebanyakan akan ditempatkan di Munich, dan akan ada lebih banyak kereta yang membawa 800 orang ke Dortmund dan 460 orang ke Frankfurt pada Sabtu petang.

Polisi Munich mengatakan penerjemah Bahasa Arab membantu para pengungsi mengikuti prosedur pendaftaran di pusat-pusat layanan darurat. 

Efisiensi para petugas di Austria dan Jerman kontras dengan ketidakteraturan di Hongaria menurut pengungsi.

"Situasinya mengerikan di Hongaria," kata Omar, yang tiba di Wina bersama keluarganya.

Juru Bicara Menteri Dalam Negeri Jerman Harald Neymanns mengatakan keputusan Berlin membuka perbatasan untuk pengungsi dari Suriah merupakan kasus istimewa dengan alasan kemanusiaan. 

Dia mengatakan kebijakan Eropa yang disebut aturan Dublin, yang meminta orang mengajukan permohonan untuk mendapat suaka di negara Uni Eropa pertama yang mereka masuki, tidak ditangguhkan.

"Aturan Dublin masih valid dan kami harap anggota Uni Eropa lainnya tetap menjalankannya," kata dia.

Beberapa hari setelah konfrontasi dan kekacauan, Hongaria mengerahkan lebih dari 100 bus dalam semalam untuk membawa ribuan migran yang mengalir dari bagian tenggara Eropa menuju perbatasan Austria. 

Austria menyatakan telah sepakat dengan Jerman untuk mengizinkan migran masuk, terlepas dari aturan suaka.


Kedatangan Pengungsi

Rentetan panjang orang-orang berselubung selimut dan kantung tidur yang lelah, banyak di antaranya membawa anak-anak kecil yang sedang tidur, turun dari bus-bus di bagian perbatasan Hongaria dan berjalan menembus hujan menuju Austria, lantas mendapat buah dan air dari para petugas kemanusiaan.

Orang-orang Austria menunggu sambil membawa tanda bertulisan "Refugees welcome" (Para pengungsi disambut).

"Kami bahagia. Kami akan pergi ke Jerman," kata seorang warga Suriah yang mengaku bernama Mohammed; yang menyebut Jerman sebagai negara Eropa dengan ekonomi terbesar yang menjadi tujuan favorit kebanyakan pengungsi.

Austria menyatakan 9.000 orang sudah menyeberang dari Hongaria pada Sabtu. Jawatan kereta milik pemerintah Austria OeBB memperkirakan akan mengangkut 7.500 migran sebelum menghentikan layanan malam, dengan kereta terakhir dari perbatasan tiba di Wina pukul 21.00 GMT.

Hongaria merupakan pintu masuk utama ke zona Schengen Eropa yang tak berbatas bagi migran. Negara itu bertekad menutup perbatasan bagian selatan dengan pagar tinggi baru pada 15 September.

Perdana Menteri Viktor Orban mengatakan Hongaria akan mengerahkan polisi dan tentada di sepanjang perbatasan dengan Suriah setelah parlemen menyetujui usul pemerintah pada 15 September.

"Bukan 150.000 (migran), yang diinginkan oleh beberapa (di Uni Eropa) untuk dibagi sesuai kuota, juga bukan 500.000, angka yang saya dengar di Brussels; jutaan, puluhan juta, karena suplai imigran tidak berujung," katanya.

Juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Angela Merkel dan Orban sudah berbicara lewat telepon dan sepakat memutuskan untuk membuka perbatasan sementara waktu dengan alasan kemanusiaan, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015