Kami juga kembangkan dari limbah cangkang kelapa sawit, kakao, rumput laut bahkan dari gulma"
Jakarta (ANTARA News) - Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKP) Yogyakarta mengembangkan beragam pewarna alami untuk batik dengan memanfaatkan beragam kulit kayu, seperti jambal, tingi, mahoni, dan jati.

"Kami juga kembangkan dari limbah cangkang kelapa sawit, kakao, rumput laut bahkan dari gulma," kata Kepala BBKB Yogyakarta Zulmalizar melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Hingga kini, lanjut Zulmalizar, tercatat 17 pemda antara lain Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Papua yang bermitra dengan BBKB dan beberapa perusahaan perkebunan.

Ia menambahkan, Balai juga menggelar pelatihan produksi kepada pelaku usaha batik dan kerajinan sejak 2009 sebanyak 9.785 orang.

Beberapa perguruan tinggi juga dilibatkan seperti UGM, UII dan UNS Surakarta. BBKB Batik merupakan bagian dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Industri Kemenperin, di mana di Yogyakarta, juga terdapat Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.

Selain meneliti dan mengembangkan, kami juga melakukan standardisasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kulit, karet dan plastik.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengapresiasi BBKP Yogyakarta karena konsisten mengembangkan beragam pewarna alami.

Langkah ini dinilai membantu pelaku industri memproduksi batik yang sesuai tren global "kembali ke alam" dan ramah lingkungan.

Rekan-rekan di balai besar terus mencari dan mengembangkan pewarna alami. Ini sebuah kerja keras yang berdampak luas baik terhadap perajin batik, konsumen dan lingkungan," kata Menperin.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015