Muara Teweh (ANTARA News) - Peristiwa hujan lebat disertai tiupan angin kencang yang melanda wilayah Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dan sekitarnya, pada Kamis (1/10) tengah malam diwarnai terjadinya rentetan sambaran petir hingga 10.510 kali.

"Puncak sambaran petir ribuan kali itu terjadi pada Kamis (1/10) malam sekitar pukul 23.25 WIB sampai 23.47 WIB sebanyak 263 kali sambaran petir," kata Kepala Kelompok Tenaga Teknis pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Muara Teweh, Sunardi, di Muara Teweh, Jumat.

Hal itu berdasarkan hasil rekaman alat pendeteksi sambaran petir yang dimiliki BMKG Muara Teweh saat terjadi hujan lebat pada Kamis malam sekitar 23.45 WIB sampai Jumat (2/10) dinihari pukul 00.10 WIB

"Untuk sementara angka sambaran petir itu merupakan frekuensi tertinggi dalam bulan Oktober 2015 ini," katanya.

Menurutnya, dari ribuan kali peristiwa sambaran petir yang tercatat pada Kamis malam tersebut sambaran petir kuat (strong strokes) mencapai 95 kali dari awan ke tanah (cloud to ground).

Bahkan dalam peristiwa hujan dan angin yang disertai petir pada siang itu paling berbahaya puncak sambaran terjadi delapan di kawasan arah tenggara atau kawasan kecamatan Montallat.

"Kami belum menerima laporan apakah rentetan sambaran petir yang terjadi pada Kamis tengah malam itu berdampak atau tidak," jelas dia.

Sambaran petir ini, katanya, bisa saja terjadi pada waktu yang sama di daerah terdekat sesuai radius 80 kilometer daya jangkau alat pendeteksi petir di BMKG Muara Teweh yang menjangkau wilayah Kabupaten Murung Raya, Barito Timur dan Barito Selatan serta sebagian Selatan wilayah Kalimantan Timur.

Namun pada puncak sambaran petir itu pusatnya memang terjadi di wilayah Muara Teweh, tegas dia.

Alat pendeteksi sambaran petir ini di Pulau Kalimantan hanya berada di wilayah Kalteng yang mulai dioperasionalkan pihaknya sejak Agustus 2006 lalu bersama kota lainnya seperti Palangka Raya dan Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.

Kabupaten Barito Utara yang berada di pedalaman Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito ini merupakan kabupaten di tengah-tengah Pulau Kalimantan sebagai kawasan lintasan angin dan pusat pertemuan awan serta berada di wilayah lintasan garis khatulistiwa.

"Dasar pertimbangan itulah Kabupaten Barito Utara dilengkapi alat pendeteksi sambaran petir, karena potensi petir sangat besar terjadi di daerah ini," katanya.

Bahkan kota Muara Teweh dan wilayah Kalteng lainnya di atas dari kota Bogor, Jawa Barat yang mempunyai kejadian hari guntur rata-rata 320 hari atau 75 persen dalam setahun sedangkan Bogor di bawah 300 hari.

"Sesuai perkiraan kondisi hujan lebat diserta petir dan angin kecang ini masih terjadi pada beberapa pekan ke depan yang terjadi di sejumlah wilayah kabupaten di Kalteng lainnya," kata Sunardi.

Pewarta: Kasriadi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015