Palembang (ANTARA News) - Sejumlah anak Sungai Musi mendangkal karena endapan tanah dan tumpukan sampah yang dibuang warga sehingga menjadi salah satu penyebab banjir di saat musim hujan.

Kepala Bidang Pengendalian banjir dan Drainase Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air Kota Palembang A Bastari Yusak di Palembang, Minggu, mengatakan kondisi beberapa anak sungai di Kota Palembang tergolong parah karena banyak yang sudah menyempit diameternya.

"Dari 100 anak sungai di Palembang, saat ini tersisa hanya 60 anak sungai. Banyak yang menyempit dan mendangkal, seperti Sungai Buah di kawasan Pusri yang sebelumnya berkedalaman tiga meter, sekarang hanya 1,5 meter karena ada sedimentasi (endapan) dari sampah," kata Bastari.

Selain Sungai Buah, beberapa anak sungai lain juga mengalami persoalan serupa, seperti Sungai Bendung, Sungai Sekanak dan Sungai Aur.

"Kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya terbilang masih kurang. Sungai dianggap sebagai kotak sampah besar, jadi siapa pun bisa membuang sampah di sana, inilah persoalannya," katanya.

Kondisi ini semakin diperparah dengan kurangnya SDM Pemkot Palembang untuk mengangkut sampah di sungai.

"Kemampuan armada yang khusus dialokasikan untuk pembersihan aliran sungai hanya sekitar 32 kubik per hari dengan jumlah 14 truk, jadi yang bisa terangkut hanya 50 persen. Jika tidak dibantu kesadaran masyarakat sendiri, maka sulit untuk mengatasinya," kata dia.

Mengenai sanksi kepada warga yang masih membuang sampai sembarangan, menurut Bastari sudah ada peraturan daerahnya.

Ia tidak menyangkal bahwa penerapannya kurang begitu optimal.

Pemkot memiliki upaya lain untuk pencegahan yakni membentuk komunitas peduli lingkungan yang tergabung dalam komunitas masyarakat sungai di beberapa lokasi aliran sungai.

"Terkait persoalan anak sungai ini, Pemkot Palembang menggelorakan kembali gerakan peduli sungai dalam program kerja Wali Kota Harnojoyo yang dilakukan setiap akhir pekan sejak dua bulan terakhir," kata dia.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015