Jakarta (ANTARA News) - PT Uberjek Trans Indonesia meramaikan pasar ojek online dengan meluncurkan jasa atau layanan serupa dengan nama Uberjek mulai 2016.

Direktur Utama Uberjek, Aris Wahyudi, di Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya menampilkan ciri khas yang berbeda dengan ojek lainnya, yakni pengemudi tidak menggunakan seragam untuk lebih menampilkan sebagai ojek pribadi.

"Dengan mengusung motto ojek pribadi bagi setiap orang, makan penumpang, kami menyebutnya boncenger, tidak sebagai penumpang ojek," katanya. 

Walau panggilannya boncenger, namun tetap mereka harus membayar setiba di lokasi, kalau betul-betul membonceng tidak perlu membayar. 

Wahyudi menjelaskan pertimbangan tersebut berdasarkan survei yang dilakukan yang hasilnya 47 persen penumpang lebih suka naik ojek berseragam dan 53 persen lainnya tidak.

Dia mengatakan investasi untuk membangun Uberjek tersebut sebesar Rp10 miliar dari salah satu investor yang tidak disebutkan namanya.

Agar bisnisnya terus berkembang, dia mengatakan perusahaannya memiliki sejumlah strategi, seperti pengemudi bisa meraup penghasilan Rp8 juta per bulan dengan membatasi hanya 8.000 pengemudi. "Warung sebelah" membuka pendaftaran tukang ojek sebanyak-banyaknya. 

"Kedua, pengemudi tidak menggunakan seragam, dengan demikian bisa meraup 53 persen penumpang sisanya," katanya. 

Ketiga, lanjut dia, memberikan iming-iming kepada penumpang, mulai dari harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

Wahyudi menyebutkan hadiah tersebut mulai dari pulsa, telepon pintar, umroh hingga mobil.

Menurut dia, menghadirkan bisnis ojek online hal yang tepat karena tengah marak dan kebutuhan penumpang belum sepenuhnya tertampung oleh ojek online sebelumnya.

"Kami hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menawarkan karakter berbeda, yakni tidak menggunakan seragam," katanya. 

Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015