ada banyak pihak, ada banyak orang sehingga ada kemungkinan banyak agenda politik yang kita tidak pernah tahu
Washington DC (ANTARA News) - Hanya sehari setelah tiba di Pangkalan Udara Andrews di Washington DC, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Pantai Barat atau West Coast, Amerika Serikat, di mana Silicon Valley atau Lembah Silikon di San Francisco Bay Area, California, berada.

Di Lembah Silikon inilah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor, bermarkas. Kebanyakan malah menjadi pemimpin utama industri IT global. Sebutlah itu Adobe Systems, Apple Computer, Cisco Systems, eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel, dan Yahoo!.

Sedianya Presiden Jokowi akan bertemu para CEO perusahaan IT di Lembah Silikon itu. Kencang berhembus di media bahwa sang presiden akan berada di sana pada 27-29 Oktober 2015.

Presiden dan rombongan menjejakkan kaki di Washington DC pada Minggu siang tanggal 26 Oktober sekitar pukul 12.16 waktu setempat.

Setelah melaksanakan dua agenda, pada malam harinya pihak Istana Kepresidenan mengumpulkan media di Blair House, kediaman khusus yang diperuntukkan bagi tamu undangan Gedung Putih.

Kabarnya, Presiden Jokowi ingin menyampaikan sebuah pengumuman penting di Blair House. Tetapi pengumuman itu tak kunjung datang, malah diganti keterangan pers Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengenai agenda Presiden untuk esok hari.

Namun kabar pembatalan perjalanan Presiden ke San Fransisco untuk bertemu para CEO di Lembah Siliko pada 27-29 Oktober 2015 sudah kencang berhembus di kalangan media.

Baru keesokan harinya Presiden Jokowi mengumumkan sendiri pembatalan kunjungan ke markas para juragan IT dunia itu di Blair House, tepat tepat satu hari setelah kedatangannya di Washington DC.

Jokowi meminta stafnya menyambungkan saluran telepon kepada Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, sementara media telah dikumpulkan dalam posisi seluruh kamera menyala.

Pembicaraan per telepon antara Presiden dengan menterinya itu pun terekam kamera wartawan dari awal hingga akhir tanpa berkurang satu titik dan koma.

"Selamat pagi Pak Luhut, bagaimana perkembangan yang di Kalteng sama Sumsel yang pemadaman darat?," tanya Presiden.

Di hadapan media, ia juga menanyakan kepada Luhut melalui sambungan telepon tentang penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat, termasuk makanan dan obat-obatan. Tak lupa dia menanyakan soal pengungsian bagi balita dan para lanjut usia di wilayah terkena bencana asap, selain soal pengerahan alat-alat berat.

"Yang terakhir saya akan batalkan perjalanan ke West Coast, San Fransisco, karena banyak keluhan di masyarakat. Saya akan balik langsung menuju Palangkaraya atau Sumsel Palembang," kata Presiden.

Setelah menelepon Luhut, Jokowi langsung memberikan keterangan resmi kepada media terkait bencana asap dan pembatalan perjalanan ke San Fransisco.

Praduga

Muncul kemudian berbagai praduga di balik batalnya perjalanan itu yang umumnya mengungkapkan bahwa faktor sebenarnya dari pembatalan kunjungan itu bukan melulu lantaran bencana asap.

Ada yang menduga Jokowi kecewa dengan status kunjungannya ke AS yang hanya terbatas pada kunjungan kerja, bukan kunjungan kenegaraan karena slot bagi kunjungan kenegaraan ke AS telah habis tahun ini.

Namun dugaan ini dibantah Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang menegaskan sejak awal perjalanan Jokowi ke AS memang kunjungan kerja atau working visit.

"Dari awal ini adalah working visit bukan state visit (kunjungan kenegaraan)," kata dia.

Selain itu, Jokowi yang sedang dalam masa berkabung karena eyangnya Sani Wirorejo meninggal dunia sehari sebelum dia berangkat ke AS diduga masih belum dapat melepaskan rasa emosionalnya.

Namun kemungkinan itu pun terbantahkan mengingat seorang kepala negara harus bisa menerima konsekuensi logis yang meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan keluarganya.

Pembatalan itu juga diduga banyak pihak telah diskenariokan sebagai bentuk pencitraan paling efektif Jokowi dalam mendongkrak popularitas dan mengambil hati korban bencana asap.

Tetapi sekali lagi, praduga ini pun tak terbuktikan mengingat Jokowi selama ini populer dalam soal efisiensi anggaran sehingga pembatalan sejatinya bisa dilakukan jauh sebelum ia berangkat ke Washington, kendati sebelum dia berangkat pun sudah kencang berhembus isu bahwa perjalanan tersebut batal dilakukan.

Agenda politik


Menurut sumber yang merupakan salah satu pengusaha ternama di Indonesia, batalnya kunjungan Jokowi ke San Fransisco kemungkinan karena Presiden ingin menyelamatkan Indonesia dari "penumpang gelap" yang memiliki agenda politik terselubung.

"Di pertemuan San Fransisco, kita bisa lihat agendanya, ada banyak pihak, ada banyak orang sehingga ada kemungkinan banyak agenda politik yang kita tidak pernah tahu," kata sang sumber.

Ekonomi kreatif dan ekonomi digital dianggapnya hanya pemanis dari agenda yang sebenarnya dari kunjungan  ke San Fransisco yang batal itu.

Ketidakhadiran Jokowi dalam berbagai rangkaian acara di Lembah Silikon sebagai basis industri kreatif AS justru dinilai sang sumber akan menyelamatkan Indonesia dari berbagai agenda politis yang tidak terduga.

Isu yang tidak pernah terelakkan soal Freeport juga agaknya membuat Jokowi kian risih berlama-lama berada di Negeri Paman Sam.

Namun apa pun alasannya, keputusan Jokowi membatalkan kunjungan ke San Fransisco sangat dimaklumi oleh Presiden Barack Obama. Toh agenda di San Fransisco akan berjalan sesuai rencana di tangan menteri-menteri yang telah ditugaskan menggantikan kehadiran Jokowi di Pantai Barat itu.

Apa pun praduga itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani tetap meyakini perjalanan Jokowi ke AS membuahkan hasil nyata.

"Total business deal (kesepakatan bisnis) yang diumumkan dan ditandatangani seiring momen kunjungan Presiden mencapai 20,25 miliar dolar AS," kata Franky.

Angka itu bukan bilangan kecil, sebaliknya memuat harapan yang semakin besar untuk meningkatnya hubungan bilateral Indonesia - Amerika Serikat.

Oleh Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015