Jakarta (ANTARA News) - Banjir yang melanda sekira hingga 70 persen kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya sejak sepekan yang lalu adalah buatan atau hasil dari tingkah laku manusia, dan bukan faktor alam semata, demikian Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia, Elfian Effendi. "Banjir di Jakarta karena buatan manusia. Persoalan di hulu dan hilir yang setiap datang musim hujan terus menurun kapasitas daya tampung airnya," ujarnya kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan bahwa banjir bandang yang terjadi di Jakarta pada awal Februari 2007 merupakan bukti buruknya penataan lingkungan tata ruang kota. Elfian mencermati lambannya pelaksanaan proyek Kanal-Banjir Timur dan Kanal-Banjir Barat menunjukkan lemahnya kinerja Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun Pemerintah Pusat, untuk mencegah ibukota negara dan sekitarnya tergenang air saat musim hujan datang. Greenomics memperkirakan kerugian akibat banjir selama satu pekan di Jakarta mencapai Rp7,3 triliun, dengan perkiraan dari delapan sektor ekonomi yang terpengaruh secara langsung dan tidak langsung. Elfian menyatakan, kerugian ekonomi dari delapan sektor itu bisa mencapai angka Rp1,2 triliun per hari, termasuk perkiraan kerugian akibat hilangnya kesempatan (opportunity costs), yaitu 25 persen dari total taksiran kerugian. "Angka estimasi Greenomics ini lebih tinggi daripada perkiraan Bappenas, yaitu Rp4,1 triliun, karena Greenomics memasukkan biaya kehilangan kesempatan," katanya. Nilai kerugian akibat banjir selama satu pekan di Jakarta, kata Elfian, adalah 1,7 persen dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta. "Ini peringatan keras secara ekonomi. Perekonomian Jakarta sangat sensitif terhadap gangguan banjir. Apalagi, sektor-sektor ekonomi yang sedang mengalami pertumbuhan tinggi di Jakarta dan sekitarnya terjadi pada sektor transportasi dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor listrik, gas, dan air bersih," ujarnya. Gangguan banjir, lanjut Elfian, jelas menghambat pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor itu. Greenomics mengingatkan bahwa banjir dalam beberapa hari terakhir telah menghambat aktivitas sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor industri pengolahan yang selama ini merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan PDRB DKI Jakarta, selain sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Ketiga sektor itu menyumbang hingga dua per tiga nilai pendapatan DKI Jakarta, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007