Doakan saja, semoga Santoso dan jaringannya ini bisa ditemukan segera"
Jakarta (ANTARA News) - Operasi gabungan TNI/Polri dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) bersandi Operasi Camar Maleo IV segera berakhir 9 Januari 2016, namun perburuan terhadap kelompok terduga teroris pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, belum tuntas.

Sebaliknya, kelompok bersenjata itu menembak mati seorang prajurit dari Tim Bravo 15 Operasi Camar Maleo IV Serka Zainuddin yang juga prajurit organik dari Batalyon Infanteri 712/ Wiratama Manado dalam jajaran Kodam VII Wirabuana.

Prajurit itu gugur dalam kontak senjata di Dusun Gayatri, Desa Meranda, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, pada 29 November lalu.

Bahkan, Santoso menyebarkan video yang berisi ancaman untuk menghancurkan Markas Polda Metro Jaya dan Istana Merdeka.

Kepala Polri Badrodin Haiti optimistis kelompok bersenjata yang disebutnya tinggal tersisa 40 orang itu akan ditumpas akhir tahun ini atau sebelum tenggat waktu Operasi Camar Maleo IV berakhir.

"Doakan saja, semoga Santoso dan jaringannya ini bisa ditemukan segera," kata Kapolri.

Ia memastikan aparat sudah mengetahui keberadaan Santoso namun masih dirahasiakan agar operasi berjalan lancar. Ia tidak bersedia memberitahu lokasi pasti keberadaan kelompok Santoso. "Nantilah setelah kita tangkap," kata Badrodin.

Sebelumnya, pada 16 November lalu, seorang terduga teroris bernama Farouk, tewas tertembak dalam kontak senjata dengan aparat keamanan di wilayah Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto menyebutkan Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu dari tiga daerah Operasi Camar Maleo IV.

Wilayah operasi TNI/Polri untuk membasmi kelompok Santoso itu terbentang di hutan pegunungan dan pesisir di Kabupaten Poso hingga ke Sausu di Kabupaten Parigi Moutong. Polda Sulawesi Tengah memperkirakan luas wilayah pencarian mencapai sekitar 160 kilometer persegi.

Sejumlah anggota TNI/Polri telah gugur dalam upaya memburu kelompok Santoso.

Perwira Brimob Iptu Brian Theophani Tatontos gugur dalam kontak senjata di Poso pada 19 Agustus lalu.

Sejumlah prajurit TNI juga menjadi korban dalam upaya memburu kelompok Santoso, seperti Praka Ahmad Darman, Praka Sulaiman, Praka Muktar, Praka Makmur, dan Serda Junaedi dari Satuan Tugas Yonif Linud 433/JS/Brigif 3/Kostrad Maros, Sulawesi Selatan, ketika truk yang mereka tumpangi masuk jurang di Pegunungan Padeha, Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah.

Sementara korban luka ringan dan berat dalam insiden itu yakni Serma Rohani, Praka Efendi, Pratu Sainal, Praka Dedi S, Praka Salam, Prada Abd Aziz, Sertu Asalaudi, Praka Kadek, Kopda Sulaiman, Kopka Risman M, Praka Rismani, Sertu Hagani, Kopda Ruslin, dan sopir truk Syaiful

Lalu Serka Zainuddin yang gugur dalam kontak senjata dengan kelompok Santoso.

Meskipun demikian, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memastikan tidak akan menambah jumlah personel dalam Operasi Camar Maleo IV.

Terkait prajurit TNI yang menjadi korban dalam upaya memburu kelompok teroris itu, Panglima TNI menyatakan "Kita selalu mengevaluasi setiap apa yang terjadi, seperti apa yang sedang terjadi di sana, apakah itu bagian patroli atau masuk markas kelompok teroris di Poso," kata Gatot.

Dalam kelompok Santoso terdapat sejumlah warga negara asing. Kapolri Badrodin Haiti mengatakan terdapat lima warga Uyghur, Tiongkok, yang diduga terlibat jaringan Santoso.

Ia menuturkan beberapa warga Uyghur lainnya sudah ditangkap dan menjalani vonis hukumannya, sedangkan lainnya, sekitar lima orang masih buron.

Data BNPT menyebutkan para teroris asal Xinjiang termasuk jaringan teroris internasional yang bermain di Kabupaten Poso. Mereka menggunakan jalur imigrasi melalui Myanmar, Thailand Selatan, dan Malaysia selanjutnya menggunakan paspor Turki masuk wilayah Indonesia, diawali dengan Medan dengan dalih mencari suaka.

Sementara itu, Daeng Koro, salah satu pimpinan dalam kelompok Santoso, telah tewas pada 3 April lalu dalam baku tembak dengan Densus 88 Antiteror Polri di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Hanya Santoso dan sejumlah pengikut lainnya yang kini masih hidup dan terus diburu.

Kapolri memastikan sebelum dinyatakan berakhir pada 9 Januari 2016, operasi tersebut masih akan terus digiatkan untuk menangkap Santoso dan kelompoknya.

"Kegiatan ini masih tetap jalan, kita kerja sampai dapat," katanya.

Ia menuturkan hingga saat ini tim gabungan antara Polri dan TNI tetap melakukan pengintaian, pengejaran, hingga penangkapan kelompok teroris yang kerap melancarkan serangan mereka di wilayah Sulawesi tersebut.

Aparat keamanan juga membangun pos-pos keamanan untuk mempersempit ruang gerak dan menutup masuknya pasokan logistik kelompok teroris.

Operasi Camar Maleo IV juga membina masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung yang menjadi wilayah operasi, dengan melakukan karya bakti sosial dan pemberian bantuan untuk masyarakat setempat.

Kapolri perlu memperkuat strategi untuk menangkap para anggota kelompok teroris pimpinan Santoso.

"Kita sudah melakukan evaluasi di sana, ada beberapa hal yang harus dipertajam untuk melakukan pengejaran terhadap Kelompok Santoso," ujarnya.

Ia menjelaskan salah satu strategi yang perlu diperkuat adalah menyiapkan langkah taktis untuk memperlemah kekuatan para teroris.

Selanjutnya, data-data mengenai strategi, markas, atau potensi serangan, serta jumlah anggota mereka juga butuh didorong oleh para intelijen, agar informasi mengenai kelompok tersebut lebih akurat dan dapat disiapkan penangkapan yang tepat.

"Ini juga dilakukan untuk mencapai target kita, yakni menangkap Santoso," katanya.

Penguatan langkah, kata Kapolri, sudah dikoordinasikan dengan Panglima TNI dan perkembangan situasi di Poso telah dilaporkan ke Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan dalam rapat kerja antisipasi teroris pada Kamis 19November lalu, bahkan dilaporkan pula kepada Presiden Jokowi.

Oleh Budi Setiawanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015