Tokyo (ANTARA News) - Jepang telah siap meluncurkan satelit mata-mata keempatnya, Jumat, untuk melengkapi pemantauan dari angkasa terhadap berbagai potensi ancaman, termasuk dari Korea Utara yang memiliki rudal dengan jangkauan seluruh wilayah Jepang. Roket H2-A akan membawa satu satelit radar, Jumat malam, untuk menambah dua satelit optik dan satu satelit radar yang sedang beroperasi. Dengan memiliki masing-masing sepasang satelit radar dan optikal, Jepang mampu memantau semua titik di dunia sekali sehari, kata pejabat pemerintah. H2-A yang akan diluncurkan dari pusat antariksa di pulau Tanegashima, juga membawa satu satelit percobaan optikal, kata kantor berita Jepang JAXA. Peluncuran itu awalnya direncanakan pada Kamis namun ditunda akibat cuaca buruk, ungkap JAXA. Peluncuran itu membuat program satelit mata-mata Jepang menjadi lengkap. Program tersebut dimulai setelah Korea Utara meluncurkan Rudal balistik pada 1998 yang melintas Jepang, selain itu, ada kebutuhan agar Jepang memperkuat kemampuan pengamatannya. Program itu sempat tertunda akibat dua satelit hilang gara-gara jatuhnya roket pada November 2003. Korea Utara melakukan percobaan nuklir pada Oktober lalu, menyusul peluncuran Rudal pada Juli. Pada Januari, China memicu kekhawatiran dunia setelah melakukan ujicoba Rudal anti-satelit yang dapat menghancurkan setelit di angkasa. Penasehat keamanan nasional Perdana Menteri Shinzo Abe, kepada Reuters, November, mengemukakan, Jepang harus meningkatkan kemampuan satelit mata-matanya dan harus mempelajari apakah perlu mencabut larangan penggunaan angkasa untuk kepentingan militer. Larangan itu sudah berlaku satu dasawarsa. Jepang mematuhi resolusi parlementer 1969 yang membatasi penggunaan angkasa hanya untuk tujuan damai, namun Partai Liberal Demokratik (LDP) yang berkuasa sepertinya ingin mengusulkan peraturan yang akan meringankan peraturan itu dan membolehkan penggunaan militer non-agresif di angkasa, kata seorang pejabat LDP. Saat ini, satelit Jepang dapat merinci obyek yang berdiameter hingga satu meter, sedangkan satelit militer AS disebut-sebut dapat melakukan hal serupa hingga sepersepuluhnya diameter itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007