Lausanne (ANTARA News) - Mahkamah Arbitrasi Olah Raga (CAS) memperkuat putusan larangan 90 hari FIFA untuk Michel Platini sehingga mengancam peluang pria Prancis itu untuk menjadi calon presiden FIFA.

Platini, ketua konfederasi sepak bola Eropa UEFA dan salah satu wakil presiden FIFA, menjadi calon terkuat pengganti Sepp Blatter sampai namanya ikut disebut dalam penyelidikan kriminal di Swiss September lalu.

Sebulan kemudian FIFA menonaktifkan Platini dan Blatter.

Sekretaris Jenderal CAS Matthieu Reeb mengatakan para hakim mempertimbangkan apakah Platini dirugiakn oleh penonaktifan itu manakala penyelidikan menyangkut pembayaran 1.8 juta euro dituntaskan.

Dalam bandingnya, pihak Platini menandaskan bahwa bekas bintang Juventus itu tidak melakukan kesalahan apa-apa dan dengan tidak adil telah dihalangi mencalonkan diri menjadi presiden FIFA.

Dengan suara bulat, tiga hakim CAS tidak menemukan kerugian berarti yang diakibat penonaktifan itu, namun mendesak FIFA secepatnya mencapai keputusan final dalam kasus ini.

Mahkamah menolak memperpanjang masa penonaktifan karena memandang akan melanggar hak-hak Platini.

"Tuan Platini kalah satu ronde, namun ini bukan keputusan final," kata Reeb kepada wartawan.

Komisi etik FIFA menginginkan Platini dilarang seumur hidup, sedangkan Blatter sendiri menghadapi hukuman yang lebih berat.

Penonaktifan Platini akan selesai pada 5 Januari dan CAS menegaskan bahwa sekalipun hukuman itu dicabut, tidak ada jaminan komite pemilihan FIFA mau menerima pencalonan Platini sebelum penonaktifan itu habis.

Kubu Platini sendiri optimistis. "Michel Platini tahu dia akhirnya dibebaskan", kata pengacaranya, Thibaud d'Ales, kepada AFP, menunjuk penolakan CAS terhadap perpanjangan masa sanksi Platini seperti diinginkan FIFA.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015