Jakarta (ANTARA News) - Para pemimpin redaksi media massa Indonesia akhirnya puas dengan acara Malaysia International Visitors Program, 11 - 18 Februari 2007, yang diselenggarakan ISIS (Institute of Strategic and International Studies) Malaysia setelah berhasil mewawancarai langsung PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, Jum`at (16/2), sekitar satu jam. "Akhirnya perjalanan Press Tour ke Malaysia terobati karena PM Malaysia Abdullah Badawi memenuhi permintaan wawancara," kata Pemred Majalah Tempo Toriq Hadad. Wawancara dilakukan sebelum sholat Jumat, sekitar pukul 11.30 - 12.30 waktu setempat di gedung Departemen Dalam Negeri, kawasan kantor pemerintahan Putrajaya. Para pemimpin redaksi sempat menunggu sekitar 90 menit karena jadwal wawancara seharusnya pukul 10.00 waktu setempat. Mereka puas karena makan siang sambil wawancara dengan dua menteri kabinet PM Malaysia gagal alias diwakili. Wawancara dengan Menteri Dalam Negeri Mohd Radzi yang dijadwalkan, Selasa (13/2), batal dan wawancara dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Syed Hamid Albar, Selasa (13/2) pukul 15.30 waktu setempat, juga mengalami kegagalan karena harus mendampingi PM Badawi ke Thailand. Sebanyak 13 pemimpin redaksi yang ikut Press Tour ke Malaysia ini, di antaranya ialah, Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan, Pemred Majalah Tempo Toriq Hadad, Pemred Gatra Budiono Kartohadiprodjo, Redpel Republika Arys Hilman Nugraha, Wakil Pemred Harian Sinar Harapan Sjarifuddin dan Wakil Pemred Detikcom Arifin Asydhad, dan senior editor Kompas Nugroho Yudho. Sebelum wawancara, mereka sibuk membuat pertanyaan ketika sarapan pagi di Hotel Nikko Kuala Lumpur, Jumat pagi. Ada 11 pertanyaan yang berhasil dikumpulkan. Pertanyaan itu meliputi tentang hubungan antara PM Badawi dengan mantan PM Mahathir, tuduhan banyaknya fasilitas yang diberikan kepada anak dan menantu PM Badawi, sikap Malaysia yang keras terhadap Amerika dan Israel, hubungan Indonesia-Malaysia tentang tenaga kerja Indonesia (TKI) dan kelapa sawit, dan isu-isu Islam dan Asean. Pengalaman Wawancara Wawancara semula akan dilakukan di Kantor PM Malaysia namun tiba-tiba dibatalkan dan berlangsung di kantor Departemen Dalam Negeri Malaysia yang berada di kawasan Putrajaya, suatu kawasan kantor pemerintahan, karena Badawi sedang berada di sana. "Pemeriksaan tidak terlalu ketat berbeda jika kita wawancara dengan PM Malaysia di kantornya. Paspor kita akan diperiksa," kata Imanuddin Razak, editor The Jakarta Post. Setelah menunggu sekitar 90 menit, akhirnya PM Badawi muncul dengan menggunakan pakaian khas Melayu berwarna mirip merah muda, mengenakan kopiah hitam dan bersarung kain songket. Setelah bersalaman dengan para pemimpin redaksi, tiba-tiba Badawi bertanya kepada salah satu pejabat Malaysia, Fauzi, "Hey what do you do ? Are you moderator ?" langsung saja disambut tawa para Pemred dan beberapa pejabat Malaysia. Sikap itu menunjukan bahwa PM Badawi mampu membuat suasana santai dengan joke sementara jika melihat penampilan di TV dan foto sepertinya seorang yang lebih banyak diam dan peragu. Ada sekitar empat atau lima kali dalam wawancara itu penyataan PM Badawi yang membuat gelak tawa para Pemred Indonesia. Di antaranya ialah, menanggapi pernyataan PU LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan yang telah empat kali bertemu. Semakin sering bertemu semakin rindu yang langsung ditanggapi oleh PM Badawi, "Ya pak Asro perlu kita maintenance lah,". Kemudian pertanyaan dari Editor The Jakarta Post Imanuddin Razak yang menanyakan konflik Indonesia-Malaysia soal Ambalat. "Kasus konflik Sipadan dan Ligitan sudah selesai dan kasus Ambalat masih belum selesai walaupun saat ini masih cooling down, bagaimana sikap Malaysia terhadap kasus ini? tanya Imanuddin. PM Badawi langsung menjawab, "Kalau saat ini cooling down biarlah cooling down dulu," yang disambut gelak tawa yang mendengarnya. Mengenai hubungan dengan Mahathir, Badawi mengatakan bahwa memang ada perbedaan pendapat antara dirinya dengan Mahathir. "Mahathir punya gaya `banyak cakap` sementara Badawi lebih senang diam. Tak baik bila saling jawab di media massa dan membuat gaduh," katanya. Namun semua itu tidak membuat hubungan silaturrahmi di antara kedua pemimpin Malaysia terputus. PM Badawi menjenguk Mahathir, Jumat (9/2) usai operasi jantung di sebuah rumah sakit dan sebelumnya bersalaman dan sedikit berbincang ketika keduanya bertemu usai sholat Jumat di Masjid Putera di dalam kawasan Putrajaya. PM Badawi juga bersedia memberikan komentar atas pertanyaan para Pemred Indonesia mengenai tuduhan berbagai fasilitas yang diterima anak dan menantunya. Ia menjelaskan dengan gamblang tapi minta off the record. Sebanyak 11 pertanyaan dan beberapa pertanyaan tambahan dijawab PM Badawi dengan tegas. Usai wawancara, PM Badawi bersedia foto bersama. Para Pemred sibuk menitipkan kameranya kepada para pejabat Malaysia yang hadir di situ untuk minta bantuan diabadikan. Ketika semua kamera sudah kelap-kelip blitznya ada seorang pejabat yang kelihatan kesulitan, sudah pencet-pencet kamera tapi belum juga keluar blitznya. ?Hey kenapa kamu lama sekali," tanya PM Badawi yang langsung disambut gelak tawa yang hadir. Putrajaya Kawasan Putrajaya adalah suatu kawasan pusat pemerintahan Malaysia. Kawasan ini dibangun pada Agustus 1995, menjadi suatu kawasan tersendiri meninggalkan Kuala Lumpur hanya sebagai pusat bisnis. Sebelum wawancara dengan PM Badawi, ISIS Malaysia membawa rombongan Pemred melihat kawasan Putrajaya. Karena ditata secara rapih dan bersih, kawasan Putrajaya menjadi obyek wisata seperti Gedung Putih di Amerika Serikat, tapi sebagai tujuan wisata di komplek Putrajaya itu gratis. Banyak bus pariwisata tampak parkir di kawasan tersebut. Pembangunan pusat pemerintahan merupakan proyek pembangunan terbesar di Malaysia saat itu, bahkan di Asia Tenggara dan diperkirakan selesai tahun 2010. Putrajaya adalah sebuah proyek besar yang terletak 22 km di selatan Kuala Lumpur. Proyek ini menelan anggaran sebesar 8.1 miliar dolar AS dan akan dijadikan pusat pemerintahan seluas 37.000 Ha atau tiga perempat dari kota Manhattan, New York.(*)

Oleh Oleh Adi Lazuardi
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007