negara tercinta ini perlu untuk kita perkenalkan kepada dunia yang lebih luas mengenai keistimewaan. Salah satu keistimewaannya adalah kehidupan bersama yang boleh dikatakan selalu rukun, damai, dan harmonis
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menemui para pemuka Kristen dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) di Istana Negara, di mana pemuka Kristen meminta Jokowi singgah di Vatikan jika tengah melawat Eropa.

"Kami berbicara mengenai pesan Natal bersama antara PGI dan KWI," kata Ketua Presidium KWI Ignatius Suharyo pada konferensi pers usai bertemu dengan Presiden di Lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Suharyo mengharapkan Presiden singgah di Vatikan yang menjadi pusat Gereja Katolik jika Jokowi tengah melawat ke Eropa.

"Karena apa, karena Indonesia, negara tercinta ini perlu untuk kita perkenalkan kepada dunia yang lebih luas mengenai keistimewaan. Salah satu keistimewaannya adalah kehidupan bersama yang boleh dikatakan selalu rukun, damai, dan harmonis," kata Suharyo.

Suharyo mengungkapkan Eropa saat ini kebanjiran pengungsi dari berbagai macam latar belakang, suku, dan agama.

"Rupa-rupanya mereka terkejut, belum siap untuk hidup dengan cara seperti ini, sehingga sekaliber Presiden Italia datang ke Indonesia, ke negeri kita tercinta ini untuk belajar bagaimana caranya hidup bersama," kata Suharyo.

Suharyo yakin jika Presiden singgah di Vatikan, pengaruhnya positif bagi Indonesia, selain akan lebih mengenalkan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia namun sangat toleran.

"Kita muslim yang toleran, muslim yang bersaudara, muslim yang khas, terbuka dan modern. Saya berharap nanti Presiden bisa memperkenalkan Indonesia sebagai negara seperti itu kepada pimpinan tertinggi Gereka Katolik," harapnya.

Sedangkan Ketua Umum PGI Henriette Tabita Lebang menyebut pertemuan dengan Presiden adalah pertemuan menjelang akhir tahun.

"Kami mendapat kesempatan untuk memberikan apresiasi kepada kepemimpinan Presiden yang sudah dijalani selama beberapa waktu," kata Henriette.

PGI menyambut baik program revolusi mental pemerintah sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia.

"Perubahan gaya hidup kita, perubahan pola pikir menuju masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera. Kita membutuhkan perubahan pola pikir, bukan hanya perubahan luaran, tapi perubahan gaya hidup dalam terang Pancasila dan UUD 1945," kata Henriette.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015