Jakarta (ANTARA News) - Penarikan pasukan Australia dari Irak diyakini dosen senior Universitas Macquarie, Prof. Clive Williams, akan mengurangi risiko serangan teroris terhadap negara itu maupun kepentingannya. Prof. Williams seperti dikutip ABC dalam pemberitaannya yang dipantau ANTARA dari Jakarta, Kamis, menyebutkan, keterlibatan Australia di Irak justru menjadikan negara itu lebih mungkin menjadi target serangan teroris. Perdana Menteri Australia John Howard pekan ini mengumumkan pengiriman tambahan 70 instruktur militernya ke Irak. Penambahan personil itu justru tidak akan mengurangi ancaman terorisme, kata Williams. Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, mengumumkan pengurangan kehadiran pasukannya di selatan Irak sampai 1.500 orang. Keputusan Blair itu, menurut Pakar Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI), Dr.Rod Lyon, akan menjadi tekanan politik besar bagi Pemerintah Australia selama masa kampanye Pemilu Federal tahun ini. Australia merupakan salah satu koalisi penting Amerika Serikat dan Inggris dalam invasi dan pendudukan atas Irak. Negara itu memiliki sekitar 1.400 tentara dalam operasi-operasi di Irak dan sekitar 30 instruktur yang melatih tentara Irak dekat Tallil di selatan. PM Howard bahkan awal Februari ini mengecam calon Presiden AS Barack Obama menyangkut usulnya untuk menarik pulang pasukan AS dari Irak. Howard menegaskan kembali pandangannya bahwa koalisi yang dipimpin AS seharusnya tidak meninggalkan negara itu. Berbeda dengan Indonesia yang mengalami kepahitan serangan teroris, Australia tidak pernah mengalami langsung aksi terorisme, namun 88 warga negaranya termasuk di antara 202 orang yang tewas dalam insiden bom Bali tahun 2002 dan gedung Kedutaan Besarnya di Jakarta menjadi target serangan bom mobil tahun 2004. Menlu Alexander Downer menyebut serangan teroris terhadap gedung Kedutaan Besarnya itu sebagai "pernyataan perang terhadap Australia". AS menginvasi Irak Maret 2003 atas tuduhan palsu bahwa Presiden Saddam Hussein mengembangkan senjata pemusnah massal dan Irak terlibat dalam serangan 11 September 2001 di AS. Kedua tuduhan itu hingga kini tidak terbukti. Sedikitnya 3.500 tentaranya dan ratusan ribu warga Irak tewas sejak invasi yang dikecam banyak warga negaranya dan masyarakat dunia itu.

Copyright © ANTARA 2007