Yogyakarta (ANTARA News) - Rencana Lapindo Brantas mengebor sumur baru di Desa Kedung Banteng, Sidoarjo, Jawa Timur, dianggap berisiko mengulang bencana yang sama.

"Sebaiknya dihindari saja karena memang masih ada di zona yang sama dan berisiko," kata pakar Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, Jumat.

Eko mengatakan, di seluruh zona sumur lama yang sejak 2006 menyemburkan lumpur itu telah terjadi banyak retakan yang diakibatkan sistem tanah batuan yang terlanjur rusak.

Retakan itu, kata Eko, bahkan berpotensi terjadi di luar zona semburan lumpur yang telah menenggelamkan tiga kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.

"Titik-titik retakan itu tidak beraturan karena memang sistem tanah batuannya sudah rusak," kata dia.

Karena kondisi rentan seperti itu, Eko menganggap rencana pengeboran sumur baru yang hanya 2,5 kilometer dari pusat semburan lumpur kemungkinan besar menciptakan dampak yang sama.

Eko menilai semburan lumpur di Porong sudah tidak mungkin disumbat karena titik semburan lumpur sudah tidak lagi berada pada pipa pengeboran.

"Sebenarnya sudah tidak ada lagi praktik penyumbatan yang efektif ketika sistemnya sudah rusak," kata dia.

Meski menyimpan kandungan minyak dan gas, sistem tanah dan batuan di kawasan itu, kata dia, pada dasarnya sudah rusak.

Sistem itu dapat dikatakan stabil apabila tidak ada lagi semburan lumpur di pusat sumur utama, dan tidak lagi memunculkan gas-gas dari retakan.

"Tapi kenyataannya sampai hari ini masih saja ada gas-gas yang muncul bahkan di luar zona," kata dia.

Oleh sebab itu, selain mesti menghindari mengebor di zona yang sama, sebaiknya Lapindo Brantas selalu memaparkan kepada publik dan mengonsultasikan dengan para akademisi dalam menentukan rencana pengeboran sumur baru.

Apalagi, munculnya semburan lumpur bukan disebabkan bencana murni, melainkan dipicu kesalahan perusahaan minyak dan gas itu dalam mengebor tanpa kendali.

"Saya lebih sependapat bencana lumpur itu dipicu pengeboran yang over serta tanpa kontrol," kata Eko.





Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016