Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan pabrik baja terpadu PT Krakatau Posco dilaporkan sesuai dengan rencana bisnis.

Hal tersebut dikatakan Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan usai bertemu President Posco Kim-Jhi-Yong di Jakarta, Kamis.

"Mereka melaporkan ke Menteri Perindustrian Saleh Husin, agar bisa mengikuti secara detil pembangunannya. Hal ini juga berkaitan dengan arahan dari presiden untuk kemandirian industri baja," kata Putu.

Pabrik Baja yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Pohang Iron & Steel Company (Posco) Korea ini memiliki kapasitas produksi sebesar 3 juta ton per tahun. 

Pada  tahap kedua, pabrik ini akan dikembangkan kapasitasnya menjadi 6 juta ton per tahun guna mengantisipasi permintaan baja yang terus melonjak, baik di pasar domestik maupun regional.

Pembangunan tahap pertama pabrik PT Krakatau POSCO menelan biaya biaya sebesar 2,66 miliar dollar AS.

Pabrik ini meliputi pabrik Blast Furnace,  300 T/Ch Basic Oxygen Furnace, mesin Continuous Casting  untuk memproduksi slab dengan 1,5 MTPY, Plate Mill untuk memproduksi 1,5 MTPY plate, serta fasilitas dan infrastruktur pendukung lainnya.  

Menurut Putu, Indonesia perlu terus meningkatkan kapasitas produksi baja, mengingat industri baja dalam negeri baru mampu memenuhi 40 persen dari kebutuhan baja nasional sekitar 12 juta ton.

Pembangunan pabrik tersebut diharapkan selesai pada 2018, sehingga kapasitas produksi baja nasional bertambah 6 juta ton, yang kemudian menjadi 10 juta ton pada 2025.

"Hal ini penting, karena negara kan terus tumbuh, akan disertai dengan pertumbuhan baja per kapita. Kalau itu tidak disiapkan maka kita akan terus berhantung pada impor," ujar Putu.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016